Mudif di Hari Jum’at; Satu Dari Kebahagiaan Santri yang Tak Terhingga.
Mudif dalam istilah akrab pesantren adalah aktifitas kunjungan tamu kepada santri yang tinggal di pondok. Bisa itu tamunya adalah orang tua, kakak, adik, abang, yang secara khusus adalah keluarga kandung. Dalam aktivitasnya para tamu diberikan tempat untuk berteduh selama waktu kunjungan itu dinamakan kuhun (baca: cakruk). Disanalah aktifitas makan bersama, tanya kabar, saling bertegur sapa bisa dilakukan dengan anak secara utuh, mendengarkan cerita mereka, sampai menasehati si anak, hingga menceritakan hal ahwal tentang harapan orang tua untuk masa depan anaknya. Lewat cara mudif inilah, harapannya memberikan efek tangga berlapis, semakin lama semakin bertambah pemahaman anak dan orang tua akan pesantren, sebagai bekal kemajuan pesantren di masa mendatang.
Santri Adalah Duta Bagi Orang Tuanya.
Bagi beberapa orang mudif/kunjungan orang tua ke pesantren mungkin hal yang biasa. Tapi bagi pesantren sendiri, ini adalah suatu kehormatan, mengapa?
Sebab dengan mudif ini, proses interaksi anak dan orang tua terbangun. Dengan itu orang tua bisa dengan mudah memotivasi anaknya, atau mendengar anaknya bercerita tentang keadaannya. Varian cerita anak-anak biasanya, jika baik yang dirasakannya baik jugalah ceritanya, jika buruk yang dirasakannya buruk jugalah yang diceritakannya. Di sinilah kebijaksanaan orang tua untuk memfilter aduan anak dan menimpalinya dengan hal yang selalu positif, meskipun itu menjadi PR orang tua untuk menyelesaikannya dengan cara dan jalan sebijaksana mungkin kepada wali kelasnya atau wali asramanya.
Orang Tua dan Santri Adalah Duta Bagi Pesantren.
Banyak hal yang tidak mampu dijangkau oleh pesantren di masyarakat. Maka dengan pesantren memiliki santri yang mondok, dalam kata lain pesantren memiliki 2 bahkan 3 kali lipat duta yang tersebar di tanah air. Sebagai pelurus jika ada permasalahan yang belum duduk pekaranya atau jika ada isu yang belum jelas asal usulnya.
Besar harapannya, dengan adanya orang tua, banyak kesimpangsiuran tentang pesantren, dengan sendirinya akan diluruskan dan di jelaskan bagaimana idealnya dan semestinya.
Apa Sajakah Manfaat Mudif Ini Diperbolehkan?
Sebenarnya ada banyak manfaat dari mudif ini, sedikitnya 4 hal izin saya spilkan di sini:
Pertama: Silaturrahim Orang Tua Kepada Anak.
Bukan hanya sekedar silarurrahim, mudif juga bermanfaat sebagai ladang perbaikan gizi anak dan pemberian suplemen bagi anak. Bukan karena di pondok makanan kurang enak atau tidak memenuhi gizi, tapi karena padatnya aktivitas pondok, sehingga yang awalnya kenyang, tiba-tiba lapar lagi.
Hal aneh yang itu nyata terjadi, awal sebelum berjalan ke dapur lapernya luar biasa, lalu setelah makan bersama di dapur, ditutup dengan berdo’a setelah makan, lalu berjalan ke rayon, eh.. sudah terasa laper lagi.
Kedua: Menunjukkan Kejaibain Feeling Orang Tua dan Anak.
Biasanya sebelum orang tua datang ke pesantren, anak selalu menelpon terlebih dahulu untuk membicarakan tentang apa kebutuhan yang kiranya bisa dibawakan pada saat mudif di hari Jum’at.
Sering kali, karena padatnya wartel (baca warung telepon), maka tidak sempat untuk menelepon, eh tiba waktu kunjungan, hampir selalu terjawab, semua yang ingin disampaikan anak melalui telpon telah dibawa orang tua tanpa ada yang terlewat.
Ketiga: Orang Tua Melihat Pondok Lebih Dekat.
Kapan kuliah umum kepada orang tua sebenarnya?
Jawabnya adalah saat orang tua berkunjung ke pesantren.
Mengapa Demikian?
Karena sambil mudif, orang tua juga dapat menyaksikan derap langkah aktivitas santri yang tak ada henti-hentinya. Dengan cermat mengamati sendiri bagaimana kegiatan aktivitas anaknya yang penuh terjadwal, jeda sore juga masih diisinya dengan olah raga, hanya sesekali digunakan untuk bersantai, dari apa yang tampak orang tua menilai, dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya adalah pengetahuan baru bagi orang tua. Lambat laun juga akan terbiasa menyaksikan pergerakan santri yang begitu cepat dan ligat dalam aktivitas pergantian kegiatannya.
Keempat: Orang tua Shalat dan Berdo’a di Pesantren Ketika Dhuhur dan Ashar.
Setiap Jum’at, biasanya orang tua akan datang sebelum shalat jum’at, tepatnya di saat detik-detik azan shalat jum’at, orang tua sudah mulai berdatangan.
Di saat itulah Sebagian orang tua mengikuti shalat jum’at di masjid pondok, dan dilanjutkan dengan shalat ashar saat waktu azan berkumandang. Di sinilah keajaiban terbentuk, puluhan do’a tersampaikan ke arsy Allah. Ribuan santri bersama orang tuanya, suka rela mendo’akan anaknya sehat selalu semasa belajar di pesantren, dan juga dengan tulus ikhlas turut mendo’akan pondok tanpa diminta.
Dengan do’a tulus ikhlas inilah sejatinya pondok ini terus berjalan dan Berjaya.
Tidak ada yang mampu memberikan kebaikan hanya Allah swt. Dan tidak ada yang paling diterima oleh Allah lantunan do’anya kecuali orang-orang yang ikhlas. Dalam kasus ini tidak perlu ditanya keikhlasan orang tua mendo’akan kemajuan anaknya di pesantren.
Tidak akan diragukan lagi do’a orang tua demi kemajuan podok ini. Jazakumullah khoir.
Rasanya cukup sekian seputar mudif santri di hari Jum’at. Ada banyak nilai dari aktivitas sesaat ini, titip anak ke pesantren dan mempercayakan pola asuh dan didikan pesantren salama 24 jam per hari.
Tega meninggalkan anak pas lagi sayang-sayangnya, pas lagi imut-imutnya demi masa depannya yang lebih prioritas.
Ikhlas dengan setiap apa yang akan terjadi, dan terakhir tawakkal, tidak ada garansi pondok akan menjadikan setiap anak berhasil, tidak ada jaminan orang tua juga mampu menjaga anaknya dengan baik hingga menghantarkan mereka di pintu gerbang kejayaan, tidak akan ada kepastikan, kita semua hanyalah berikhtiar. Tapi satu hal yang itu benar-benar pasti, jika sudah ada campur tangan Allah di sana, “jika Allah menghendaki terhadap sesuatu, cukuplah bagi Allah mengatakan, ‘JADI’ maka akan terjadilah hal tersebut.” Wallahu‘alam.
Terima kasih teman-teman sudah berkenan membaca sejauh ini.
Istilah Dunia Santri:
*Mudif: Kunjungan keluarga/orang tua ke pesantren, untuk melihat keadaan anaknya, mendengarkan keluh kesahnya, mendengarkan laporan dan cerita anaknya, untuk selanjutnya memberikan pandangan pada anak tentang tata cara menyikapinya dan menanggapinya.