Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Monday, May 13, 2024

Mudif di Hari Jum’at; Satu Dari Kebahagiaan Santri yang Tak Terhingga.



 Mudif di Hari Jum’at; Satu Dari Kebahagiaan Santri yang Tak Terhingga.

 

Mudif dalam istilah akrab pesantren adalah aktifitas kunjungan tamu kepada santri yang tinggal di pondok. Bisa itu tamunya adalah orang tua, kakak, adik, abang, yang secara khusus adalah keluarga kandung. Dalam aktivitasnya para tamu diberikan tempat untuk berteduh selama waktu kunjungan itu dinamakan kuhun (baca: cakruk). Disanalah aktifitas makan bersama, tanya kabar, saling bertegur sapa bisa dilakukan dengan anak secara utuh, mendengarkan cerita mereka, sampai menasehati si anak, hingga menceritakan hal ahwal tentang harapan orang tua untuk masa depan anaknya. Lewat cara mudif inilah, harapannya memberikan efek tangga berlapis, semakin lama semakin bertambah pemahaman anak dan orang tua akan pesantren, sebagai bekal kemajuan pesantren di masa mendatang.

 

Santri Adalah Duta Bagi Orang Tuanya.

Bagi beberapa orang mudif/kunjungan orang tua ke pesantren mungkin hal yang biasa. Tapi bagi pesantren sendiri, ini adalah suatu kehormatan, mengapa?

 

Sebab dengan mudif ini, proses interaksi anak dan orang tua terbangun. Dengan itu orang tua bisa dengan mudah memotivasi anaknya, atau mendengar anaknya bercerita tentang keadaannya. Varian cerita anak-anak biasanya, jika baik yang dirasakannya baik jugalah ceritanya, jika buruk yang dirasakannya buruk jugalah yang diceritakannya. Di sinilah kebijaksanaan orang tua untuk memfilter aduan anak dan menimpalinya dengan hal yang selalu positif, meskipun itu menjadi PR orang tua untuk menyelesaikannya dengan cara dan jalan sebijaksana mungkin kepada wali kelasnya atau wali asramanya.

 

Orang Tua dan Santri Adalah Duta Bagi Pesantren.

Banyak hal yang tidak mampu dijangkau oleh pesantren di masyarakat. Maka dengan pesantren memiliki santri yang mondok, dalam kata lain pesantren memiliki 2 bahkan 3 kali lipat duta yang tersebar di tanah air. Sebagai pelurus jika ada permasalahan yang belum duduk pekaranya atau jika ada isu yang belum jelas asal usulnya.

 

Besar harapannya, dengan adanya orang tua, banyak kesimpangsiuran tentang pesantren, dengan sendirinya akan diluruskan dan di jelaskan bagaimana idealnya dan semestinya.

 

Apa Sajakah Manfaat Mudif Ini Diperbolehkan?

 

Sebenarnya ada banyak manfaat dari mudif ini, sedikitnya 4 hal izin saya spilkan di sini: 

 

Pertama: Silaturrahim Orang Tua Kepada Anak.

Bukan hanya sekedar silarurrahim, mudif juga bermanfaat sebagai ladang perbaikan gizi anak dan pemberian suplemen bagi anak. Bukan karena di pondok makanan kurang enak atau tidak memenuhi gizi, tapi karena padatnya aktivitas pondok, sehingga yang awalnya kenyang, tiba-tiba lapar lagi. 

 

Hal aneh yang itu nyata terjadi, awal sebelum berjalan ke dapur lapernya luar biasa, lalu setelah makan bersama di dapur, ditutup dengan berdo’a setelah makan, lalu berjalan ke rayon, eh.. sudah terasa laper lagi.

 

Kedua: Menunjukkan Kejaibain Feeling Orang Tua dan Anak.

Biasanya sebelum orang tua datang ke pesantren, anak selalu menelpon terlebih dahulu untuk membicarakan tentang apa kebutuhan yang kiranya bisa dibawakan pada saat mudif di hari Jum’at. 

 

Sering kali, karena padatnya wartel (baca warung telepon), maka tidak sempat untuk menelepon, eh tiba waktu kunjungan, hampir selalu terjawab, semua yang ingin disampaikan anak melalui telpon telah dibawa orang tua tanpa ada yang terlewat.

 

Ketiga: Orang Tua Melihat Pondok Lebih Dekat.

Kapan kuliah umum kepada orang tua sebenarnya? 

Jawabnya adalah saat orang tua berkunjung ke pesantren.

 

Mengapa Demikian?

Karena sambil mudif, orang tua juga dapat menyaksikan derap langkah aktivitas santri yang tak ada henti-hentinya. Dengan cermat mengamati sendiri bagaimana kegiatan aktivitas anaknya yang penuh terjadwal, jeda sore juga masih diisinya dengan olah raga, hanya sesekali digunakan untuk bersantai, dari apa yang tampak orang tua menilai, dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya adalah pengetahuan baru bagi orang tua. Lambat laun juga akan terbiasa menyaksikan pergerakan santri yang begitu cepat dan ligat dalam aktivitas pergantian kegiatannya.

 

Keempat: Orang tua Shalat dan Berdo’a di Pesantren Ketika Dhuhur dan Ashar.

Setiap Jum’at, biasanya orang tua akan datang sebelum shalat jum’at, tepatnya di saat detik-detik azan shalat jum’at, orang tua sudah mulai berdatangan.

 

Di saat itulah Sebagian orang tua mengikuti shalat jum’at di masjid pondok, dan dilanjutkan dengan shalat ashar saat waktu azan berkumandang. Di sinilah keajaiban terbentuk, puluhan do’a tersampaikan ke arsy Allah. Ribuan santri bersama orang tuanya, suka rela mendo’akan anaknya sehat selalu semasa belajar di pesantren, dan juga dengan tulus ikhlas turut mendo’akan pondok tanpa diminta.

 

Dengan do’a tulus ikhlas inilah sejatinya pondok ini terus berjalan dan Berjaya.

 

Tidak ada yang mampu memberikan kebaikan hanya Allah swt. Dan tidak ada yang paling diterima oleh Allah lantunan do’anya kecuali orang-orang yang ikhlas. Dalam kasus ini tidak perlu ditanya keikhlasan orang tua mendo’akan kemajuan anaknya di pesantren.

Tidak akan diragukan lagi do’a orang tua demi kemajuan podok ini. Jazakumullah khoir.

 

 

Rasanya cukup sekian seputar mudif santri di hari Jum’at. Ada banyak nilai dari aktivitas sesaat ini, titip anak ke pesantren dan mempercayakan pola asuh dan didikan pesantren salama 24 jam per hari. 

 

Tega meninggalkan anak pas lagi sayang-sayangnya, pas lagi imut-imutnya demi masa depannya yang lebih prioritas. 

 

Ikhlas dengan setiap apa yang akan terjadi, dan terakhir tawakkal, tidak ada garansi pondok akan menjadikan setiap anak berhasil, tidak ada jaminan orang tua juga mampu menjaga anaknya dengan baik hingga menghantarkan mereka di pintu gerbang kejayaan, tidak akan ada kepastikan, kita semua hanyalah berikhtiar. Tapi satu hal yang itu benar-benar pasti, jika sudah ada campur tangan Allah di sana, “jika Allah menghendaki terhadap sesuatu, cukuplah bagi Allah mengatakan, ‘JADI’ maka akan terjadilah hal tersebut.” Wallahu‘alam.

 

Terima kasih teman-teman sudah berkenan membaca sejauh ini.


 

Istilah Dunia Santri:

 

*Mudif: Kunjungan keluarga/orang tua ke pesantren, untuk melihat keadaan anaknya, mendengarkan keluh kesahnya, mendengarkan laporan dan cerita anaknya, untuk selanjutnya memberikan pandangan pada anak tentang tata cara menyikapinya dan menanggapinya.

 

 

 

 

Thursday, May 9, 2024

Sahirol Lail Itu Seru Loo_Pengalaman Nyantri Berkesan.

 Sahirol Lail Itu Seru Loo_Pengalaman Nyantri Berkesan.


Sahirol Lail adalah istilah dalam kehidupan santri, yang jika diartikan secara bebas memiliki makna begadang malam untuk belajar dan mengejar target hafalan. Dalam banyak kasus santri di pondok selain belajar banyak juga yang memiliki hobi olah raga, seni, dan hobi-hobi yang lainnya, sehingga dengan itulah mereka menjadi betah di pesantren. Dalam upaya agar hobi dipertahankan mereka harus tetap belajar agar tetap naik kelas. Untuk itu tradisi Sahirol Lail, selalu akrab di telinga terkhusus mendekati masa-masa ulangan dan ujian. 

 

  • Apa saja yang dilakukan setiap Sahirol Lail?


Tradisi Santri sahirol lail ini, biasanya melahirkan banyak aktivitas dan kreativitas santri dalam trik dan tips belajarnya masing-masing. 

 

Ada yang sahirol lail dengan cara menghafal sepanjang malam hingga esok subuh satu pelajaran tuntas dihafalkan keseluruhannya. 

 

Ada juga yang beraktifitas Dengan menulis catatan-catatan tertinggal agar tidak ada materi yang tertinggal untuk kelak dihafalkan. 

 

Ada juga yang tujuan sahirol lail untuk ikut belajar bersama orang pintar. Jika teman yang dianggap pintar malam ini sahirol lail dan bermaksud menghabiskan satu materi sebut saja pelajaran mahfuzot, maka malam itu banyak juga yang ingin belajar mahfuzot. Bertujuan agar bisa belajar bersama, sehingga ada tempat bertanya ketika tidak paham. 

 

 

  • Terus apa manfaatnya?

 

Banyak manfaatnya dalam sisi metode pembelajaran. Sebab di waktu malam santri tidak dikenakan banyak disiplin kecuali waktu untuk tidur, dan semuanya diwajibakan untuk segera tidur. Hanya saja ketika mendekati ulangan dan ujian disiplin waktu tidur dilonggarkan, bagi mereka yang ingin belajar di waktu lebih. 

 

Jadi jika ditanya manfaatnya, banyak sekali, bisa menambah materi di malam hari, bisa bertanya sana-sini, dan yang paling penting waktu malam itu waktu yang hening dan nyaman bagi santri untuk belajar karena malamlah kegiatan santri berpusat pada istirahat, jika tidak malam, maka sejauh mata memandang isinya santri semua, sedapat telinga berjaga sepanjang hari suara santri ada di mana-mana, ingin waktu hening dan damai lagi tenang, malamlah waktu yang paling tepat.

 

  • Jadi sebenarnya Sahirol lail ini penyakit apa solusi?

 

Sahirol Lail adalah istilah yang biasa kami (santri) gunakan untuk menandakan solusi dari permasalahan yang akan kami tuntaskan sebelum besok pagi, begadangpun tidak jadi masalah yang penting masalah dan persoalan tuntas.

 

Sahirol Lail juga juga berperan penting saat detik-detik menjelang ujian. Pasalnya santri terbiasa dengan pola belajar jor-joran mendekati ujian. Yang dulunya tak paham, saat sahirol lail bisa tiba-tiba saja paham, dulu susuh menghafal saat sahirol lail bisa tiba-tiba mudah saja untuk diingat. 

 

Jadi sahirol lail adalah solusi bukan penyakit, agar bisa tergambar, begini ilustrasi waktu sahirol lail santri versi dari yang terfavorit sampai yang jarang dilakukan tapi tetap ada saja. Diantaranya: 


Pertama: Sahirol Lail dari Jaros Isya’ Sampai Jam 12 Malam. 

Biasanya ini adalah cara santri senior belajar, memanfaatkan waktu tenang seusai tuntas seluruh tanggungjawab asrama yang erat dengan disiplin keorganisasian. Sehingga kurang lebih 4 jam bisa dimanfaatkan untuk belajar maksimal, mesikipun pada praktek di lapangan juga terganggu dengan hal remeh temeh lainnya.

 

Sahirol Lail Tahap Kedua: Dari Jam 12 Malam Hingga Jam 03.00 Pagi.

Ini biasaya dilakukan bagi santri menengah, dalam bahasa akrab tradisi anak lama biasanya bangun di jam segini, dengan minta tolong abangan senior untuk membangunkannya, dengan demikian sip belajar di asramapun berganti dari santri senior (kelas 5 & 6) dengan santri kelas (3 dan 4).

 

Sahirol Lail Tahap Ketiga: Dari Jam 03.00 Pagi Hingga Azan Subuh Menjelang. 

Ini adalah waktu favorit bagi anak baru kelas 1 (satu) dan anak lama yang baru bergabung di asrama santri lama yaitu kelas 2 (dua). Biasanya mereka terbangun sendiri, ada juga yang minta dibangunkan, tapi seringnya di jam 3 pagi alarm jam, banyak yang sudah berdering hampir di seluruh kamar di setiap asrama.

 

Sahirol Lail Keempat: Dari habis isya’ sampai azan subuh. 

Nah, kalau yang ini tidak disarani, tapi tetap ada saja yang pola belajarnya demikian. Setelah saving tidur siang yang panjang, usai makan siang sampai menjelang azan Asar, malampun menjadi fresh. Maka biasanya semalaman hingga subuh digunakan untuk menghafal habis-habisan. Meski jarang terlihat, tapi gaya belajar ini favorit jika esoknya libur, seperti hari kamis malam jum’at.


Sampai di sini, Sahirol Lail tidak hanya sebuah istilah, tapi adalah solusi, sebab dengannya banyak hal yang didapat, value, vibesnya bahkan pembahasan soal-soal tahun lalu juga ada.

 

Bercerita Sahirol Lail. Nampaknya sudah cukup kita mengobrol tentang tema ini, jika ada teman-teman pembaca yang punya pengalaman yang berbeda, bisa tinggalkan komen di kolom komentar ya. 

 

Terima kasih sudah membaca hingga seajauh ini. Semoga sehat selalu, panjang umur dan yang paling penting ingatlah falsafah yang berkata: “Seberapapun jauhnya perjalanan tetap dimulai dari langkah pertama”  maka “Seberapapun Anda memimpikan lembaga pendidikan ideal untuk belajar tetap pondoklah pilihan yang utama.”

 

Akhir kata terima kasih,

Wassalamu’alaikum wr wb.




*Istilah Dunia Santri

 

Jaros    : Bel

Isya’     : Shalat Isya

Anak Baru       : Santri baru, dikhususkan bagi kelas 1 dan kelas 1 intensif.

Anak Lama      : Santri lama; terhitung mulai kelas 2 sampai dengan kelas 6


Saturday, April 27, 2024

RESEPSI KHATAMAN SANTRI AKHIR KMI AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN ANGKATAN KE 33



 RESEPSI KHATAMAN SANTRI AKHIR KMI

AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN

ANGKATAN KE 33

 

 


Medan, 27/04/2024. Pada hari ini Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan menetaskan benih-benih pemimpin Islam di masa depan. Dibekali pendidikan keislaman dan pengajaran ala pondok pesantren modern, hari ini mereka dinyatakan cukup sudah pendidikannya di pondok. Kini saatnya melebarkan kepakan sayap di alam terbuka, dengan dinamika yang lebih kompleks, dan peluang yang juga lebih luas. Sebuah lahan perjuangan baru yang lebih terbuka lebar untuk berdarma bakti kepada masyarakat, bekarya untuk negeri dan berjuang menegakkan kalimat tauhid, “laa ilaa ha illallah.” (tidak ada Tuhan selain Allah) untuk agama Islam yang ‘rahmatan lil’alamiin’

*

 


“Kami berdiri di sini, mewakili seluruh santri dari kelas 1-5 menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada abanda kami, karena telah membimbing kami sampai saat ini. Kami bangga melihat kamu seluruhnya abang-abang kami, do’akan juga, semoga kami bisa menjadi alumni sepertimu saat ini, merasakan hikmatnya resepsi khataman seperti pagi ini.”

 (Sambutan Perwakilan Santri oleh Ananda Galih Agung Wiratama (Kelas 5 A1)


 

*

 

Kami yang mewakili santri kelas akhir calon wisudawan Angkatan ke 33, mengenang betapa lekatnya pondok ini mengajarkan kehidupan, lewat kata-kata: Titip, tega, ikhlas, tawakkal, ikhtiar dan percaya. Kalimat ini seperti ‘kincir wheel spinner’ yang terus berputar tanpa henti, mengantarkan kami hingga sampai titik akhir alumni pada siang hari ini. 

Juga terima kasih tak terhingga kepada orang tua kami, tak terhitung air keringat yang tertumpah, air mata yang menetes. Dengan darah kami yang mengalir ini, kami berterima kasih kepadamu ayah dan ibu kami.

 

Dan juga kepada teman-teman calon alumni Angkatan ke 33, mari kita memperjuangkan tanggungjawab kita kepada orang tua. Ingatlah Ini bukan langkah akhir, ini adalah awal. Pesantren memberikan kunci, apakah kunci itu akan kita gunakan dengan baik, itu tergantung kepada kita! Pesantren menunjukkan jalan kepada kita, apakah kita meneruskan jalan ini, itu tergantung kepada kita! Maka bijak-bijaklah memilih. Ini bukan tentang seberapa banyak ilmu yang kita dapatkan, tapi ini tentang seberapa banyak ilmu yang telah berhasil kita amalkan.

 

Yang tak terhingga, maaf kami kepada guru-guru yang membuka pandangan kami tentang kehidupan, maaf atas sikap kami yang abai dan acuh dalam proses belajar mengajar, selama kami menjadi santri.

 (Sambutan Perwalikan Santri Kelas 6: Ananda Aidil Miranto)

 

*

 


Tepat pada tahun 2018 lalu adalah waktu yang penuh dinamika bagi saya pribadi, di saat anak lulus dan diterima oleh pesantren menjadi santri, di saat yang sama, saya harus melanjutkan pendidikan ke Australia, ada rasa ingin mencabutkan anak dari pesantren, agar bisa saya bawa ke Australia bersama-sama. Namun yang saya pahami bahwa “Life is choice” (hidup adalah pilihan). Berbekal keyakinan, do’a dan istikharah, saya memilih dan memutuskan untuk tetap menitipkan anak di pesantren. 

 

Saya kira keyakinan saya senada dengan keyakinan bapak/ibu yang berhadir pada saat ini juga. Kami meyakini bahwa pondok pesantren bukan sekedar tempat belajar, tapi adalah tempat ilmu agama dan karakter ditanamkan secara mendalam. 

 

Keyakinan ini bukan tanpa dasar, sebab hal ini kami lihat langsung dari para alumninya, wali santri yang bertutur langsung dan memberikan uswah secara nyata lewat anak-anaknya. Selain dari pada itu dalam banyak literasi para peneliti juga menyebutkan bahwa pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang  holistik, komprehensif, yang mencakup aspek agama, budaya dan kemasyarakatan.

 

Kami sebagai orang tua juga memberikan penghargaan tertinggi kepada seluruh civitas pondok pesantren yang telah memberikan perhatian lebih dan bimbingan terbaik kepada anak-anak kami. Terima kasih telah mengajarkan kepada anak-anak kami nilai-nilai kehidupan, dan rasa bakti kepada orang tua. 

 

Merekalah harapan kami yang akan siap menuntun kami saat sakaratul maut, memandikan kami, berdiri tegak menshalatkan kami dan menguburkan kami, yang selanjutnya menghadiahkan kami dengan bait-bait do’a anak sholeh yang lantunannya kami harapkan setiap waktu.

 

Anak-anakku, perjalanan penuh makna kalian telah sampai pada ujungnya, kalian telah menunjukkan rasa percaya diri yang mendalam. Selamat, tahniah, congratulation. Rute panjang pendidikan masih panjang yang akan kalian hadapi. “Seeks knowledges as far as china.” Adab dan akhlak itu lebih tinggi dari pada ilmu. Pertahankanlah itu.

(Sambutan Perwakilan Wali Santri: Bapak Ariatna, S.S. M.A, Ph.D)

 

 

*

Berjumlahkan 240 putra, 291 putri, kami do’akan semoga anak-anak kami ini dapat menjadi generasi yang terbaik di masa akan datang, kami juga mengucapkan selamat kepada anak-anak kami yang telah diterima lewat jalur SNBP sebanyak 79 orang, di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, besar harapan kami, perjuangan demi agama, bangsa, negeri dan pondok dapat kamu junjung tinggi setinggi kamu mampu menjaganya. Dan ingat junjung tinggilah adab, akhlak, nilai-nilai yang sudah ditanamkan pesantren selama kamu tinggal di pondok. Tunjukkan kejujuranmu, katakan yang halal itu halal, dan yang haram betul-betul haram. Katakan yang benar, betul-betul benar dan yang salah bener-benar salah. Ananda dididik di sini untuk menjadi jendral, menjadi pemimpin menjadi seorang penentu kebijakan di masa mendatang maka perjuangkanlah kebenaran. 

(Pesan Pimpinan Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah: Bapak Ir. H. Ahmad Prana Rulianto Tarigan).

 

*

Bawa identitasmu sebagai santri, sehingga ketika terdetik pikiran yang tidak baik, yang teringat adalah pondok pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, sehingga hal ini dapat menjagamu. 

 


Selanjutnya pintar-pintarlah menjaga diri dan pandai-pandailah mencari teman. Semoga kamu termasuk anak-anak yang beruntung.

 

Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah adalah pendidikan untuk kehidupan. Sebesar keinsyafanmu sebesar itu juga keberuntunganmu.

 

Pada akhirnya yang kami harapkan adalah seberapa besar jasa-jasamu untuk masyarakatmu, ‘wabil khusus’untuk umat Islam. 

(Direktur Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan: Ust. KH. Solihin Adin, MM)


**

 

Selamat Menjadi Alumni… Barakallah… Alfu Mabruk

Wednesday, February 21, 2024

Mentalitas Guru Sejati. (Catatan Inspirasi Film: “Vaathi”)_Ringkasan Movie

 Mentalitas Guru Sejati. (Catatan Inspirasi Film: “Vaathi”)_Value Nyantri Ringkasan Movie

 

Tak ada salahnya sesekali seorang guru rihlah dengan film-film yang dapat menginspirasinya. Salah satunya film “Vaathi” drama pendidikan India, menggambarkan sosok guru yang memiliki mentalitas guru. Bukan guru mentalitas kerupuk, bukan guru mentalitas profit, atau guru mentalitas pembohong, tidak.

 

Durasi filmnya lumayan panjang, sekitar 2 jam 14 menit 13 detik. Merupakan waktu yang panjang jika dilihat sekilas, tapi begitu cepat ketika dilihat alur demi alur ceritanya, 2 jam menjadi seperti 20 menit saja.

 

Untuk filmnya, kami sarankan untuk menontonnya langsung, dan untuk kilasannya atau petikan poin-poin pembelajaran darinya, sudah kami rekap di catatan di bawah ini, semoga tidak jauh panggang dari api.

 

Highlight Poin-Poin Pesan moral dalam film “Vaathi” ini. Dengan gubahan kata yang disesuaikan dengan panggilan lokal.

 

  • Guru bukan profesi guru adalah tanggungjawab.
  • Ada waktu tertentu, seorang guru akan merasa tidak pantas menjadi guru, merasa tidak cocok menjadi guru, ingin berpindah profesi mencari pekerjaan lainnya, disebabkan terpaan, cobaan, halang-rintang dan kesulitan demi kesulitan yang dihadapi. Namun percayalah, ketika guru lebih kuat dari masalahnya, dia akan menjadi tak terkalahkan. Mungkin dikalahkan dalam pandangan kasat mata politik, namun hakikatnya dimenangkan dan benar-benar juara.
  • Dunia pendidikan itu bukan hal-ahwal, barang, tempat, atau barang dagang yang diperjual belikan, dia adalah “inner beauty” (keelokan batin/hati seseorang).
  • Menjadi guru bukanlah pilihan yang keliru, para guru hanya butuh sedikit dikuatkan dan didukung dengan upaya giatmu belajar.
  • Akan ada pihak-pihak yang memperjualbelikan dunia pendidikan, akan ada yang membisniskan dunia pendidikan, jika itu terjadi dihadapanmu, tetaplah bergerak dengan visi dan misi awalmu menjadi guru. Kuatkanlah pijakan kakimu. Pilihan dan putusanmu sudah benar.
  • Sadarlah wahai guru, kamu hadir untuk memberikan manfaat untuk orang banyak, bukan untuk dirimu sendiri. Nilai luhur, kebijaksanaan, dan keadilan, perlu diajarkan darimu. Contohkan itu, kamu akan dikenang seumur hidup santri-santrimu.
  • Guru tidak butuh nama, nama itu dibutuhkan bagi mereka yang berkepentingan. Guru hanya butuh keseriusan santrinya untuk belajar, keberhasilan santri itu cukup sebagai hadiah terbaik untuk seorang guru.
  • Jangan anggap guru hanya berhadapan dengan satu permasalahan untuk mempertahankan idealismenya, tidak… sekali-kali tidak, guru dihadapkan teramat banyak pilihan, membuatnya harus berfikir keras untuk mengambil keputusan.
  • Keputusan seorang guru, selalu dilandasi dengan kebutuhan santrinya. Jika ada guru yang tidak memikirkan kebutuhan santrinya, yang dipikirkan hanyalah keuntungan, maka itu bukan guru, itu adalah ‘profit maker’.
  • Guru kaya ilmu, duduk dan berdiskusilah dengannya, ilmumu pasti bertambah.
  • Memiliki kebijaksanakan, kebaikan, kejujuran dan ketulusan itulah idealnya sifat guru.
  • Keputusan untuk fokus menjadi guru, memaksa dia tidak multi talenta dalam pekerjaan selain mengajar, tapi ilmu yang diajarkan mengakar.
  • Orang yang mengejar pendidikan, pada awalnya tidak akan bernilai apa-apa, sebab dia belum jadi siapa-siapa, tapi begitu ia berhasil menunjukkan kemampuan ilmunya, bayarannya mahal, bahkan bisa menutupi hutang yang ada, bukan saja hutang sekolah, hutang keluarga dari lahir juga dibisa dibayar lunas seketika.
  • Gunakankanlah egonya untuk keberuntunganmu ke depan, biarkan yang berkepentingan mendapat nama, kamu mendapatkan ilmu dan biarkan gurumu mendapatkan ketulusan perjuangan dan keberhasilan dari usahamu.
  • Saat ini kamu adalah santri, belajarlah sungguh-sungguh, kelak, gunakan kepintaranmu untuk mengratiskan pendidikan terkhusus bagi orang-orang miskin.

 

 

Kami merasa catatan ini mewakili hanya segelintir, dan dari satu sudut pandang, kiranya teman-teman yang lainnya memiliki pandangan berbeda dapat saling share informasi bersama di kolom komentar ya.

 

Teman-teman yang baik.

Terima kasih sudah membaca sejauh ini 

Semoga berkah dalam segala urusannya. 

Terima kasih
Jazakumullah khoir

Wassalammu’alaikum wr wb.

Tuesday, February 20, 2024

Sekali Meminum Air Pondok, Rindu Untuk Kembali: Pengalaman Nyantri Berkesan

 Sekali Meminum Air Pondok, Rindu Untuk Kembali: Pengalaman Nyantri Berkesan

 


 

Pengalaman menjadi calon santri, menjadi santri, menjadi alumni bahkan menjadi guru bagi santri adalah pengalaman bernilai yang tak terhingga. Seperti lomba marathon, masih dengan orang yang sama namun berlari dalam rute yang selalu berbeda rasa walau di tempat yang sama. Walaupun kalender kegiatan bersifat tetap namun SDM yang dididik selalu saja baru, jadi tidak ada kata pengulangan, yang ada keistiqomahan untuk membangun negeri. 

 


Calon Santri Baru

 

Dirunut sejak awal menjadi calon santri merasa harap-harap cemas apakah bisa diterima atau tidak, jika diterima orang tua pasti senang, jika tidak diterima agaknya orang tua bersedih, dan aku tak ingin orang tua sedih. Begitulah dulu waktu masih calon santri. Sesimple itu berpikirnya, meskipun tak begitu paham apa maksud dan tujuan dimasukkan ke pesantren. Kalkulasi kasar keinginan: 80 persen keinginan orang tua, 10 keinginanku karena mengikuti kepada kakak dan saudara yang duluan menjadi santri pondok pesantren, sedangkan 10 persen lagi takdir Allah memudahkan jalan.

 

Setelah pengumuman eh ternyata lulus menjadi santri pesantren. Detik itu juga aku merasa bahagia, dan di detik yang sama, ada sekian urutan tanya yang terus tak henti-henti berputar di kepala, mudah-mudahan ini adalah jalan yang terbaik, mudah-mudahan tidak akan terjadi apa-apa. Sekali lagi sesimpel itu berfikirnya.

 

Menjadi Santri

 

Menjadi santri ternyata dinamikanya begitu dinamis, pergerakannya haroki, tidak pernah berhenti, maka benar kata-kata abang kakak senior menasehatiku sebelum masuk pesantren, di sini ukhuwah islamiyahnya kuat, ke mana-mana ada yang nemani, tidak pernah sendiri, sampai ketika terbangun malam ingin ke kamar mandi juga ternyata tidak sendiri, ada saja yang juga terbangun. Jadi jangan takut tidak memiliki teman ya.

 

 

Menjadi Alumni

Menjadi alumni dan guru nampaknya menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan, karena KMI bersistemkan ‘Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah’, (Kuliah Menjadi Guru), maka barometer kesuksesan santri adalah ketika tamat dari pesantren mampu menjadi guru. Dan guru itu juga beragam bentuknya. Tidak mesti menjadi guru di pesantren, tidak mesti menjadi guru di sekolah-sekolah, sebab guru adalah karakter yang sudah tertanam dalam jiwa santri. 

 

Maka dalam hal apapun ia selalu bermentalkan guru, sabar untuk mengajarkan ilmu dan hal baru, selalu perhatian pada siapa saja yang belum tahu dan paham, semangat untuk selalu berbagi pengetahuan, semangat untuk saling mengedukasi. Pada intinya dalam profesi apapun nantinya santri bekerja, sejatinya mereka semuanya adalah guru. 


 

Setitik Rindu

 

Ada hal yang unik yang rasanya dialami oleh para santri. Ketika masih calon santri, ingin diterima menjadi santri, agar lega tidak was-was. Ketika diterima ingin cepat-cepat menjadi alumni, agar bisa bebas tanpa diikat dengan disiplin yang ketat. Ketika sudah menjadi alumni eh, ada perasaan ingin menjadi santri kembali, agar waktunya lebih tertata, ibadahnya lebih terjaga, sebab seburuk-buruk pelanggaran di pesantren masih lebih kecil dibandingkan pelanggaran di dunia luar. Setitik rindu selalu tersimpan untuk pondok tercinta. Tidak berlebihan jika ada ungkapan berbunyi “sekali santri meneguk air pondok, sedetik itu juga dia akan merindu untuk kembali lagi.”

 

Sekali meminum air pondok, ada berjuta rindu untuk kembali, ada kenangan pertemanan dari kecil hingga dewasa, ada perputaran orang yang silih berganti, ada nasehat yang terus diulang-ulang berkali-kali, ada kuliah umum yang terus tak henti-henti untuk mengingatkan santri, ada kebersamaan kepanitiaan yang menciptakan momentum persahabatan akrab dan kuat, semakin kokoh setelah melalui cobaan, kritikan, evaluasi panjang dari proses pendidikannya.

 

Seteguk air terminum, dahaga hilang rindupun semakin tak tertahan, banyak rindu yang tersimpan, termanifestasi lewat rekomendasi ajakan untuk teman-teman, saudara seiman. Siapapun yang mencari pondok pesantren untuk anaknya, pondokku dulu nyantri, itulah salah satu yang menjadi solusi.

 

Yah demikianlah rasanya pernah tinggal di pondok, banyak kisah yang dilalui.


Untuk menceritakannya, butuh berjuta detik mengingatnya kembali, butuh berjuta hari untuk menuangkan memorinya dalam tulisan kembali.

 

Terima kasih teman-teman yang baik hati.

Sudah membaca hingga sejauh ini.

 

Semoga ada manfaatnya.

 

Wassalammu’alaikum wr. wb.



 

 

Monday, February 19, 2024

Pengalaman Nyantri Berarti: 3 Bekal Dari Rumah Harus Dimiliki Sebelum Mendaftarkan Anak Ke Pondok Pesantren

 3 Bekal Dari Rumah Harus Dimiliki Sebelum Mendaftarkan Anak Ke Pondok Pesantren

 


Menjadi santri adalah proses pendewasaan anak dalam usia yang relative muda. Dalam usia yang masih bisa bermanja dengan orang tua, namun demi pendidikan yang lebih baik, biasanya orang tua rela untuk membebaskan anak untuk belajar menuntut ilmu dengan sistem asrama, 24 jam pendidikan di dalam pondok pesantren. 

 

Dalam putaran waktu tersebut mereka bergaul dengan temannya, belajar dengan gurunya, berolahraga dengan klub-klub olah raga yang dipilihnya, sampaipun latihan dan pelatihan kecakapan lainnya yang mengajarkan mereka arti kemajuan dan kemandirian. Oleh karena proses berbeda sudah pasti hasilnya juga berbeda, dan Insya Allah mengarah kepada pribadi yang bermental kuat dan berakhlak mulia.

 

Untuk itu agar anak kita, tidak terkejut begitu masuk ke pondok pesantren, ada baiknya untuk mengajarkan anak 3 hal beriut ini, sebelum orang tua mendaftarkan mereka ke pondok pesantren. Berikut adalah:

 

1.     Tanamkan Kepada Mereka Mandiri Dalam Aktivitas Harian.

 

Banyak hal yang akan anak-anak lakukan dengan cara mandiri nantinya sewaktu di pesantren. Dari mulai memakai baju sendiri, mencuci baju sendiri, menjemur bajunya, menstrikanya, hingga sampai menyusunnya secara rapi dalam lemarinya kembali. 

 

Selain dari itu mandiri yang lain juga dalam hal masuk kelas, dia juga harus terbiasa menyusun roster pelajarannya sendiri di malam hari, agar besok paginya tidak terburu-buru.

 

Jika di rumah makan biasa diambilkan, maka kalau ibu bapak berniat memasukkan anaknya ke pesantren, harus mulai mengajarkan mereka agar mandiri dalam mengambil nasinya, terbiasa mencuci piringnya, hingga meletakkan kembali ke atas rak piring, hal ini simple namun sangat berarti bagi anak dalam usia tumbuh, untuk membiasakan habit yang baik bagi dirinya.

 

2.     Ajarkan Anak Cara Beradaptasi Dengan Cepat.

 

Jika anak belum terbiasa ditinggal oleh orang tua, maka bolehlah sesekali orang tua mulai meninggalkan anaknya untuk bermalam di kampung, ditinggal bermalam dengan kakek neneknya, dengan sengaja orang tua pulang ke rumahnya. Tega tidak tega tetap mesti dicoba, ini demi kebaikan buah hati yang kita harapkan mandiri diusia dewasanya nanti.

 

Hal ini terlihat remeh bagi mereka yang telah terbiasa, namun betapa sulit bagi mereka yang belum pernah menitipkan anaknya tanpa didampingi kehadiran mereka.

 

Positifnya, hal ini dapat melatih anak untuk menjaga sikap agar tetap sopan, walaupun tidak ada orang tua disampingnya, selain itu juga, mereka akan mulai terbiasa untuk bisa beradaptasi dengan baik di rumah neneknya, atau di rumah pamannya, atau di rumah sepupunya yang lainnya. Dalam proses pendidikan adaptasi ini menjadi penting.

 

Sisi Positifnya yang lain, hal ini dapat membiasakan anak untuk hidup tanpa orang tua di sisinya, bukan menegasikan peran orang tua, justru ini adalah pendidikan real orang tua pada anaknya, sebab anak dilatih beradaptasi sejak dini. Merupakan tujuan pendidikan untuk sang anak.

 

Orang tua yang baik pasti selalu memikirkan, mempersiapkan, dan mengantarkan si anak untuk zamannya nanti. Walaupun itu juga masih misteri, bagaimana bentuk, warna dan bauhnya, semua masih menerka-nerka bisa jadi lebih sulit dari zaman ini, atau bisa jadi lebih baik dari zaman ini. Tapi persiapan itu tidak ada salahnya dimatangkan sejak dini.

 

3.     Latih Anak Agar Mampu Menyelesaikan Masalahnya Sendiri Dan Sabar Untuk Terus Bertahan.

 

Kesuksesan pendidikan anak di pesantren tidak hanya proses pendidikan orang tua saja, tidak karena faktor anak yang mandiri saja, tidak karena dana yang mencukupi saja, tidak sesederhana hal ini. 

 

Pendidikan pola pesantren, berasrama 24 jam itu tidak sesederhana itu, namun kompleks, jika anaknya betah dan kuat menahan rindu, belum tentu dengan orang tuanya, akhirnya ditarik keluar dari pesantren.

 

Anaknya kuat dan betah di pesantren, orang tuanya kuat secara mental dan materi, tapi sayang nenek, kakeknya tidak kuat menahan rindu pada sang cucu, dengan berat hati, banyak pertimbangan sana-sini, akhirnya sang anak terpaksa tidak bisa lanjut.

 

Anak betah, orang tua bahagia, kakek nenek ridho, tapi ternyata fisik anaknya yang lemah, mudah terserang sakit, mudah sakit-sakitan, dengan bersedih hati terpaksa harus menariknya pulang ke rumah.

 

Maka dalam hal ini yang harus mampu menyelesaikan masalahnya dan sabar untuk terus bertahan tidak hanya anak, namun juga orang tua, bahkan kakek dan nenek juga. Semuanya saling bersinergi menjaga, saling do’a mendo’akan, semoga semuanya baik.

 

Satu gubahan pesan dari KH. Hasan Abdullah Sahal. “Wahai Bapak-Ibu... Para calon wali murid... Calon orang tua santri dan santriwati... Lebih baik Bapak-Ibu menangis sekarang, melepaskan anakmu jauh untuk belajar menuntut ilmu agama, dari pada kamu menangis nanti, karena anakmu menjauh dari agama.”

 

Semoga catatan singat ini dapat sedikit membantu, dan menginspirasi.

Terima Kasih Teman-teman pembaca yang sudah membaca hingga sejauh ini.

Jazakumullah khoir. 

Wal ‘afwu minkum..

Wassalamu’alaikum wr wb.

Dalam Feed

Dalam Artikel Baru

Display


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi