Debat Tiga Bahasa
Membuka Cakrawala
Ilmu dan Bahasa
Oleh:Irwan Haryono S (Mahasiswa ISID GONTOR Siman)
Bismillahirrohmanirrohim.....
Kamis - jum’at 31-1/06, Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
siman terlihat ramai dengan suasana benner yang tertempel di setiap sudut
kampus, salah satunya tepat di depan gapura terpampang tulisan “Debat Interaktif Tiga Bahasa
Institut Studi Islam Darussalam Gontor, bertema: Membuka Cakrawa Dengan Ilmu dan Bahasa.”
Itulah nama acara sekaligus tema yang
mengantarkan suasanan pada hari kamis dan jum’a terlihat begitu ramai dan
meriah. Dalam pertandingan debat tersebut, ISID Siman, dimana notabene menjadi
kampus pusat, turut mengundang; seluruh mahasiswa kampus ISID diseluruh cabang
dari jawa timur hingga jawa tengah. Mencakup kampus ISID Robithoh (mlarak),
kampus ISID Gontor Putra 3(Kediri),
Kampus ISID Gontor Putra 6 (Magelang), kampus ISID Gontor Putri 1
(Ngawi), kampus ISID Gontor Putri 2 (Ngawi), dan kampus ISID Gontor Putri 3(karangbanyu),
semuanya hadir dengan membawa kontingen masing-masing, terdiri dari 3 regu;
bahasa Inggri, Arab dan Indonesia dengan kuota setiap regu 3 orang.
Acara debat kali ini adalah
sebuah refleksi aktif melihat animo mahasiswa/i ISID pada lomba debat Olimpiade
Ekonomi Syariah akhir bulan April kemarin, sehingga untuk menyikapi hal ini
diadakanlah acara debat interaktif dalam skala yang lebih luas lagi, sampai
mengundang seluruh kampus ISID cabang dengan tidak dibatasi kategori fakultas
dan semester. Acara debat yang di buka oleh Al-Ustadz Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi M.A. M.Phil. kamis
sore tersebut dibagi menjadi empat babak, yaitu; babak penyisihan 1, semi
final, hingga berakhir di final. Dalam perjalanan singkat selama 2 hari; maka
keluarlah hasil pemenang lomba debat. Tersebut denga Bahasa Indonesia: Juara
1 dari kampus Pusat Siman, juara 2 dari kampus putra gontor 6. Bahasa
Inggris: Juara 1 dari kampus
Robithoh, juara 2 dari kampus gontor putri 1. Bahasa Arab: Juara 1 dari kampus gontor putri 1 dan juara 2
dari kampus gontor putra 3.
![]() |
Anggota ISID SIMAN el ANDCIS berpose bersama bapak2 Dosen tercinta |
![]() |
Peserta delegasi kampus Gontor 3 Kediri (Daarul Ma'rifat) |
Selain itu, Sulthon
Assyam Karimoh Al-Masyhida, juga berkomentar: “Acara yang sangat luar
biasa, seharusnya acara seperti ini diadakan dan dilaksanakan setiap tahunnya,
bagi orang seperti saya, seperti kami yang dari
kediri Gontor 3 Darul Ma’rifat, mahasiswa sekaligus harus menjadi guru,
setiap pagi hingga pagi lagi kami di tuntut untuk trus memberi dan memberi. Padahal disisi lain kami
mengakui bahwa untuk memberi kami perlu masukan yang akan terus memberikan
nilai kepada pemberian-pemberian kami, dan masukan-masukan seperti ini sangat jarang
kami rasakan, acara seperti ini bisa menjadi pelarian kami, yang paling penting
bukan sekedar input ilmi akan tetapi input motifasi dan inspirasi kami.”
![]() |
Delegasi dari kampus Mantingan Putri dalam menghadiri undangan debat |

Ini zamannya adalah
zaman berargumentasi. Adab itu adalah ilmu. Makanya, peradaban itu dari
kata-kata ‘manduba’, manduba itu adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah ilmu, jadi
sebenarnya kata peradaban itu berasal dari kata-kata adab. Kalau bicara adab, adab
bukan hanya akhlak, jadi manusia tidak beradab itu manusia Jahiliyyah; manusia
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, orang yang berakhlak mulia adalah orang
yang beradab, tidak mungkin orang tahu berprilaku baik dan buruk kecuali dia memiliki
ilmu. Prilaku baik dan buruk itu berkaitan dengan apa yang diperintahkan oleh
Al-Qur’an. Perintah Al-Qur’an itu bukan satu, puluhan, ratusan, dan diantara
perintah yang satu dengan yang lainnya tidak boleh bertentanga. Kalau Anda
sudah bisa melaksanakan semua perintah ini sesuai dengan fitrah Anda, Anda
mencapai dengan apa yang dinamakan hikmat. Anda menjadi orang yang beradab.
Jadi orang yang beradab itu orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dengan
ilmu pengetahuan itu bisa meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Segala
sesuatu itu bukan benda, bukan gelas diatas meja, tetapi konsep pada tempatnya.
Meletakkan konsep pada tempatnya itu namanya adil, orang yang adil itu
kebalikan dari orang yang dzalim, orang yang dzalim adalah orang yang
meletakkan sesuatu perbuatan yang tidak layak bagi seorang mu’min, muslim
kepada dirinya. Maka orang yang berbuat maksiat itu adalah orang yang ‘zolimun
linafsihi’ (zolim terhadap diri sendiri) karena meletakkan sesuatu pada hati
yang suci ‘wanafsun wama sawwahaa’ (betapa indahnya jiwa manusia itu kami
ciptakan kok tiba-tiba dimasuki oleh jiwa syaitoniyyah, hayawaniyyah, itu
namanya zolim. zolim itu tidak adil, sama juga jika Anda meletakkan duit orang
lain pada kantong Anda, namanya mencuri.
Mencuri itu bukan hanya zolim kepada orang lain tapi juga zolim terhadap diri
Anda sendiri, itu KONSEPnya.)

0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.