Dalam buku ini Moghissi menolak pendapat yang menyatakan bahwa dengan
bercadar perempuan mendapat perlindungan dari hasrat seksual laki-laki. Di
samping itu ia juga mengemukakan tentang kritisismenya terhadap fundamentalisme
dan posmodernisme sekaligus. Posmodernisme dan fundamentalisme, bukanlah jalan
terbaik untuk memecah kebekuan. Lalu, buku ini memberikan perspektif bagaimana
kebekuan itu supaya mencair. Sehingga upaya membangun dan mengangkat harkat dan
martabat kemanusiaan kaum perempuan menjadi lempang.
Buku ini mengemukakan 3 poin yaitu. Pertama adalah soal pandangan Moghissi
terhadap fenomena anti orientalisme –poskolonialisme akibat pengaruh Edward
Said di dalam kajian Islam dan gender di negara-negar Timur Tengah, (tak
terkecuali hal ini juga merambah Indonesia). Kedua, pandangan Kritis Moghissi
atas persoalan fundamentalisme Islam yang menurutnya mendapat supportive
thingking dari posmodernisme. Ketiga adalah pandangan Moghissi mengenai
feminis Islam, mengulas tentang kemungkinan-kemungkinan dan batasan-batasan
feminisme Islam.
Ide penulisan
tentang feminisme dan fundamentalisme Islam ini muncul oleh kegelisahan yang
dialaminya selama beberapa tahun sejak dia menyaksikan dan mendengarkan
perbedabatan-perdebatan akademis seputar tema feminisme dan fundamentalisme
Islam. Salah satu gugatan Haideh Moghissi yang dipahat kuat
dalam pengantar buku ini, adalah:
“Selama
berabad-abad lamanya, seksualitas dan tingkah laku perempuan menarik perhatian
laki-laki (Muslim); kepentingan-kepentingan dan tulisan-tulisan dari laki-laki
telah membatasi kehidupan perempuan dan partisipasi penuh mereka dari urusan
–urusan publik….”
Pada kajian sederhana buku ini tidak
salah kiranya Haideh Moghissi curhat tentang apa yang ia rasakan sebagai
penduduk asli yang disuruh hengkang. Seorang perempuan Iran yang harus meninggalkan
hak dasarnya untuk hidup (right to live and life) di negerinya sendiri
beralasan karena hak dasar yang dimikikinya dianggap bertentangan dengan misi syari’ah Islam. Disini yang perlu
diluruskan adalah bagaimana dasar yang dia inginkan, dan bagaimana dasar yang
di syariatkan dalam Islam. Sebab dari penjelasan di buku ini, jelas
tergambar hal yang biasa natural dan disayariatkan dalam Islam seperti seorang
istri tinggal di rumah menjaga rumah, harta suami dan anak menjadi permasalahan
bagi mereka, bagaiamana ceritanya, jika terjadi begini lantas Islam yang
disalahkan bukankah ini penyimpangan yang harus di luruskan maknanya.
Oleh sebab itu buku ini tidak layak sebagai rujukan, hanya cocok sebagai
bacaan ringan mengetahui curhatan seorang wanita yang mengharapkan keadilan dan
kesamaan menurutnya sendiri. Boleh jadi baginya ini masalah besar karena
menyangkut tentnag perasaan dan kesedihan yang mendalam. Dan butuh sambungan
tangan hangat sebagai pembelaan. Namun bagi kita ini hanyalah hal biasa. Sebelum
membaca buku ini saran kami, mari buka mata terlebih dahulu untuk menangkap
sisi yang janggal dari penjelasan nya yang mengkritisi syariat Islam yang telah
sangat indah mengatur agama kita. Jangan serta merta menerima.
Sebab tampaknya kaca mata yang digunakan untuk melihat ini tampaknya kaca
mata hitam, ditambah pisaunya pisau tumpul untuk menganalisis permasalahan
secara lebih mendalam.
Judul buku : FEMINISME DAN FUNDAMENTALISME ISLAM
Pengarang : Haideh Moghissi
Penerbit : Yogyakarta: LKIS
Cetakan : Pertama, Januari 2005
Tebal : 288 Hlm, 14,5x21 cm
*Sumber Foto: https://ecs3.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2014/10/1/201801/201801_9be0cf46-4948-11e4-9231-38b74908a8c2.jpg
*Sumber Foto: https://ecs3.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2014/10/1/201801/201801_9be0cf46-4948-11e4-9231-38b74908a8c2.jpg
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.