Satu yang bisa ku lakukan hanya bercerita. Aku berkisah
tentang banyak kejadian, tlah ku alami beribu halang rintang, tidak satupun
yang aku tahu maknanya. Sampai ku putuskan untuk mencari makna dari setiap
hidup yang telah aku jalani yang kini telah 24 tahun berlalu.
Ku cari-cari apakah kelebihanku, ku cari lagi
dimanakah kelebihanku, sampai akhirnya aku menganggap yang ada di dalam diriku
semuanya biasa, aku bukanlah siapa-siapa, tidak ada yang bisa dibanggakan dari
diriku, tidak mampu memberi apa-apa selain hanya sebuah hal yang biasa.
Lama
aku bergelut dengan prasaan yang semraut ini, tapi lambat laun aku sadar dan
tahu bahwa apa yang aku kerjakan ini adalah kesalahan besar yang sama sekali
tidak boleh aku tumbuh kembangkan.
Ada sebuah istilah yang berucap “Air laut asin
sendiri, kalau tidak mengasini sendiri siapa lagi” sebuah hipotesa dari
perjalanan hidupku yang baru sesaat, ternyata hidup ini, tidak lebih dari
perjuangan yang harus memiliki sikap mental percaya diri yang kuat.
Orang minder
akan melihat orang yang percaya diri itu sombong, tapi orang yang memiliki
semangat juang dan jiwa kompetisi akan mengatakan itu adalah sikap modal
pertama keberhasilan.
Sampai saat ini aku juga tidak mengetahui apa
sebenarnya aku, di manakah letak kelebihanku, yang aku tahu aku hanya suka
menulis, suka merangkai puisi, mendokumentasikan sesuatu yang ku anggap unik,
mengunjungi pantai, menikmati suasana hening damai, aku suka desain, aku suka
menggambar, aku suka gitar, aku suka buku-buku motivasi, aku suka movie survival
dan banyak hal yang aku suka, sampai aku sendiri bingung di mana letak
kelebihanku sebenarnya.
Sekarang karena aku bukan siapa-siapa, sudihkan
pembaca membantu aku untuk menilai dan memberikan aku masukan.
Sebenarnya
siapakah aku?
Apakah kelebihanku?
Dimanakah bidang yang bila ku kembangkan akan
membahagiakan orang di sekelilingku?
Apakah yang harus aku lakukan agar setiap
yang mengingat namaku selalu bangga pernah mengenal diriku?
Banyak hal yang aku dapatkan di atas perahu yang
telah berlayar 24 tahun ini. Satu diantaranya pelajaran yang sangat berarti
bagiku.
"Bahwa sehebat apapun kita, sekaya apapun orang tua kita, seluas apapun
ilmu yang kita punya, tetap selama label manusia masih tertempel di kening kita,
seyogyanya tidak boleh berhenti belajar dan tidak henti-henti untuk mencari
jati diri. Sebab jati diri itu bukan harga mati yang harus dijunjung tinggi, melainkan
proses dari sikap mental yang harus dimuhasabahi, karena boleh jadi selama ini
kita salah menempatkan diri, sehingga menghasilkan out put yang juga masih
ambigu."
Menurutku jati diri harus terus di upgrade setiap hari. ialah kelak yang
akan menentukan bagaimana nilai diri ini, pada akhirnya nilai diri tersebutlah
yang harus di pertahankan sampai mati. Biasa di sebut orang-orang “Harga Diri”
Sebagian ada yang berteriak, aku telah menemukan
jati diriku, inilah aku dengan segenap kekurangan dan kelebihanku. Kalau itu
memang benar adanya, syukur alhamdulillah selalu kita senandungkan. Namun jika
tidak, segeralah sadar, perjalan hidup masih panjang; belum terlambat jika
ingin memutar arah sambil terus berdo’a semoga ajal tidak segera menjemput
nyawa.
Faktanya banyak dari kita masih berkutat dalam
identitas bukan jati diri.
Bukankah identitas
kita selalu berubah seiring bertambahnya usia?
Sejak awal lahir berstatus bayi;
memiliki keahlian tangis yang membuat orang-orang sekeliling perhatian, berubah
ke identitas anak-anak, remaja, berkeluarga; mulai memiliki identitas baru. Suami/istri,
punya anak mulai menyandang kata-kata ayah/ibu, sampai memiliki cucu, menjadi kakek
dan nenek, dan kelak ketika menerima jemputan malaikat Izrail menjadi sebutan
almarhum/almarhumah. Ketika itu identitas kita berhenti sebagai makhluk yang
telah menyelesaikan misi hidupnya sebagai identitas yang selalu berubah di bumi
ini.
Jika aku katakan aku bukan penulis.
Aku hanya
ingin bercerita.
Apakah aku boleh bercerita untuk kisahku yang berbeda?
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.