|
Teman-teman Publikasi Kampus ISID SIMAN |
Berawal dari perkumpulanku dengan
teman-teman redaksi publikasi yang berdomisili di kampus Institut Studi Islam
Darussalam (ISID) SIMAN-PONOROGO; dalam pertemuan awal selepas pembukaan tahun
ajaran baru ini kami bermaksud ingin membicarakan lebih lanjut tentang
proker-proker ke depan. Sebagaimana kumpul-kumpul sebelumnya. Tapi malam ini
terlihat ada satu hal yang aneh sehingga akupun berusaha mengingat-ngingat
kembali ungkapan gamlang dari seorang teman yang juga kakakan kelasku yaitu Mr.
Halim. Bukan karena ingin dilaporkan sebagaimana halnya wartawan mengejar
berita membuat aku benar-benar bait demi bait perkataanya. Melainkan hanya
ingin mendokumentasikan hasil perkumpulan dalam bentuk tulisan yang bisa di
share bersama. (Dengan sedikit meninggikan intonasi suara beliau mengatakan:
Begitu ada kesepakatan untuk mengadakan acara, jangan
tunggu-tunggu sampai esok. Ada konsep acara langsung lakukan.
Semakin lama kita mengambil keputusan/ berfikir, itu otaknya
juga semakin lamban juga.
Kalau mau cepat, kita harus jalan cepat dari sekarang
Merasa bersalah adalah satu langkah lebih maju.
Selepas berakhir perkumpulan
tersebut Mr. Halim mengajakku berdialog santai, dengan gorengan tersaji yang
tak tersentuh dari tadi mulai kami nikmati kelezatannya dilidah satu demi satu.
Dengan santai perbincangan yang menarikpun mulai mengalir diantara kami, sampai
akhirnya beliau pun menceritakan sebab
awal mengapa beliau begitu marah di saat perkumpulan tadi.
“Wan dulu ketika ana kumpul seperti ini, untuk membuat buku kecil sebesar note
book biasa aja, sampai ‘jidal kalam’ (berlaga argumen) antar teman. Ana
dengan alasan agar cetakan bukunya benar-benar komplit meminta agar percetakan
buku tersebut di undur 3 hari lagi, bayangkan hanya 3 hari loo,…. Tapi teman
ana gak mau, tetap teman ana bersikeras
untuk mencetak buku tersebut. Akhir kata tercetaklah buku tersebut dan memasuki
masa penjualan ternyata buku-bukunya laris terjual, penjualan surplus,
buku-bukunya terjual dengan amat sangat memuaskan.
Sejak saat itu ana mengambil keputusan bahwa ternyata “Berfikir
Cepat dan Bergerak Cepat Itu Perlu”, tanpa di minta untuk mengaku bersalah ana
juga telah merasa bersalah yang harus ente ketahui; merasa bersalah adalah satu
langkah lebih maju wan” dan satu lagi wan, dengan jari jemari mulai menggenggam
stik PS, dia pun berujar;“hal yang paling enak dalam hidup adalah
menyimpulkan segala sesuatu sesuka kita”.