Selasa malam, 09 Oktober 2012 adalah menjadi awal pembukaan
kursus sekolah menulis bersama Mr. Ma’mun Affany. Bertempat di
perpustakaan CIOS awal calon peserta penulis berkumpul, dan akhirnya
berkumpul kembali di tempat yang sama untuk tatap muka perdana. Dalam
kesempatan kali ini peserta yang hadir berjumlah 17 orang, terdiri dari
15 orang peserta semester 1 dan 2 orang peserta semester 5. Perkumpulan
tersebut berlangsung sejak pukul 20.00WIB hingga 21.00WIB tepat. “Dalam
pertemuan/ pemberian materi saya usahakan tidak menyita banyak waktu.
Karena sebenarnya yang di perlukan adalah latihan yang lebih banyak dan
terus-menerus." Tutur Mr. Ma’mun Affany selaku pelatih kepenulisan.
“Bebaskan pikiran dan imajinasi kalian, jika melihat suatu benda, coba bertikir dua kali lipat dari orang biasa" maksud
yang kami tangkap dari apa yang beliau sampaikan adalah gambaran
bagaimana suatu objek benda tidak langsung dikatakan bentuk aslinya.
Akan tetapi lebih kepada ciri-ciri benda tersebut, bertujuan agar orang
dapat mengetahui dengan detail akan benda yang di gambarkan. “Satu contoh, ketika melihat nenek-nenek apa yang tergambar di benak kalian?" Tanya
beliau kepada para peserta. Dari sekian jawaban ada yang menjawab,
rambutnya putih beruban, jalannya bungkuk, pandangan matanya sayu,
kulitnya keriput, giginya ompong, tongkatnya menyanggah tubuh.
Dari sekian ciri-ciri si nenek beliau menggambarkan
point-point penting tersebut ke dalam sebuah kalimat aktif yang
kira-kira begini: “Sejenak aku tertegun ketika melihat
seorang nenek berjalan melintasi jalanan, tubuhnya bungkuk, meski
tongkatnya kokoh tapi tidak bisa membantunya untuk berdiri tegak seperti
dulu, ditambah kulit keriput dan uban yang telah memdominasi menjadikan
beliau tampak lebih tua dari perkiraanku sebelumnya." [1]
Begitulah kira-kira kursus awal yang di berikan dari pada beliau.
Selanjutnya peserta di suruh aktif untuk menuliskan tulisan bebas yang
corak awalnya sama dengan yang telah di sampaikan, tidak usah memakai
seluruh panca indra dulu; tidak mesti harus menjelaskan bagaimana
suasana yang ia rasakan, dengarkan, atau ia tangkap dari panca indranya
yang laen. Jadi sebagai langkah dasar hanya cukup dengan mencoba menulis
berdasarkan apa yang di dapat ketika melihat suatu objek.
Dalam waktu 20 menit, proses latihan perdanapun usai di
kerjakan. Mulai dari peserta menuliskan latihan seperti di contohkan
sebelumnya, mengumpulkannya dan kemudian di koreksi beliau. Dari setiap
kertas tertulis beragam catatan khusus, salah satu catatan yang paling
familiar adalah:"Kurang Fokus!! Pilih satu objek dulu.” Hal terpenting dari latihan itu kata beliau, “Mencoba
terus jangan takut salah. Pertemuan selanjutnya akan kita adakan, jika
tulisan kalian untuk sesi pertama ini sudah mencapai batas yang bisa di
bilang cukup. Dan hasil nilainya itu akan kalian lihat setiap setelah
isya’setelah setiap paginya kalian mengumpulkan tulisan di tempat yang
telah di sediakan secara berkala dan tepat waktu. Latihan akan terus
berlanjut hingga nilai perindividunya mendapatkan 9.
Sebelum akhir dari pada pertemuan. Beliau mengevaluasi bahwa:
“Dari hasil latihan perdana tadi, perlu di ketahui
bahwa membedakan bentuk fisik, sifat dan sikap dari satu objek itu
perlu, berimajinasilah yang sebanyak-banyaknya, luas tanpa batas karena
imajinasi adalah satu modal utama menjadikan tulisan kalian memiliki
rasa dan isi sehingga dapat menarik pembaca, karena jika tidak tulisan
terasa hambar.”
“Dalam menggambarkan suasana/objek jangan berpindah
ke objek yang lain sebelum hal itu benar-benar tergambar dengan detail
dan jelas”
“Pertanyaannya mengapa terkadang orang menulis itu tidak focus? Dan kekurangan bahan?"
(sejenak tampak suasana berfikir para peserta untuk menjawab soal
beliau, tapi pada akhirnya beliau sendirilah yang menjawab pertanyaannya
tadi) karena hasil imajinasi kita yang sedikit dan proses
kepekaan untuk menangkap beragam macam hal di luar dari pada pikiran
orang biasa; itu yang masih minim."
Akhir kata sebagai penutup beliau berpesan:
“Kalau ada orang lain mengajarkan fiksi dengan
cara yang berbeda dari cara ini. Saya katakan bahwa yang demikian itu
juga benar. Sebab, setiap orang memiliki metode masing-masing dalam
proses kepenulisannya.”
Demikian yang bisa kami tulis dalam perjumpaan perdana kali
ini. Adapun catatan kedua akan menyusul pada perjumpaan selanjutnya.
[1]
Di karenakan tidak sempat menulis kalimat yang langsung
dirangkai beliau. Jadi kami mencoba merangkai ulang point-point tersebut
semirip tulisan beliau semampu yang kami ingat. Semoga tidak
menghilangkan esensi dari pada tujuan kepenulisannya.