Dalam banyak kesempatan, kadang diri berlomba mengejar yang tak pasti, memperjuangkan yang belum pernah terjadi, namun apakah itu salah? Jika itu salah, musti ada penjelasannya dan apabila benar pasti ada alasannya. Pada intinya selama semuanya niat ibadah lillah, menjalankannya tidak menyalahi syariah, ku kira hati kecil juga tidak memberontak untuk memberikan kesaksian dan pembenaran.
Apa hal berkata demikian ?
Seiring berjalannya waktu, tubuhku berevolusi menjadi sosok yang lebih dewasa dari waktu ke waktu, wajar agaknya pikiran ini memikirkan akan baik-buruk/benar-salah/cocok tidak cocoknya suatu perbuatan dan apa ganjaran dari setiap kesalahan yang telah dilakukan.
Menahun aku merenung, lumayan panjang ku coba berganti solusi dari satu ke yang lain, hingga pada akhirnya ku memutuskan ingin menjadi penulis. Berharap dengan menulis, tulisanku bisa di baca orang lain, syukur-syukur yang membaca banyak, sehingga bisa memberikan manfaat. Dengan tulisan itu, aku jadikan ia sebuah amalan, berharap ia menjadi amal ibadahku yang bisa menghapus dosa-dosaku.
Secara hitungan singkat ekonomis, terhitung bahwa aku akan menjadi orang yang beruntung; sebab walaupun Aku Sudah tiada tapi tulisanku ada. Dan berharap selama tulisanku masih terus di baca dan dinikmati banyak orang, maka saat itu juga pahala mengalir padaku. Sehingga dapat menutupi dosa-dosa yang telah ku kerjakan baik itu sengaja maupun tidak di sengaja.
Apakah itu hitungan yang tepat atau keliru aku juga tidak begitu yakin, tapi begitulah pola pikirku beberapa tahun yang lalu.
***
Dihadapkan pada moment pergantian tahun 2018 menjadi 2019 ini, aku seakan tersadar, samar-samar ku dengarkan bisikan suara Kecil ustadzku menyampaikan ceramahnya, akankah kita masuk syurga karena amal kita? Bukankah sebanyak apapun amal kebaikan, jika Allah belum ridho, syurga belum berhak menjadi tempat kita? Mulai pikiran remajaku berkelana mencari jalan kebenaran dari ungkapan samar tersebut,
Kalau memang dengan ridho Allah baru bisa masuk syurga dan mudah menjalani hidup di dunia, harus bagaimana aku menjemput ridho-Nya ?
Pikirku keras mencari jawaban, yang ku tahu, rahmat Allah mendahului azabNya, dan ridho Allah melampaui murkaNya. Pertanyaan baru timbul, terus bagaimana mendapatkan rahmat dan ridhoNya? Bagaimana caranya?
***
Sebelum coretan sore ini berakhir, agaknya bahwa hidup ini harus terus berusaha memperbaharui niat lillah, dan menguatkan tekad istiqomah di jalanNya. Dengan demikian kiranya dapat mengundang rahmat dan ridhoNya. Aamiin ya rab.
Sebagai penutup, pertanyaanku berulang lagi, sebenarnya apakah yang berhak untuk di kejar?
Dalam posisi memberanikan diri untuk menjawab, kiranya ada 5 hal yang mudah-mudahan dapat mengundang datangnya rahmat dan ridho Allah pada kita. Yaitu:
Pertama: Bertakwa kepada Allah swt. Tinggalkan apa yang dilarang Allah dan kerjakan apa yang di perintahkan Allah. Mudah-mudahan Allah swt akan membukakan jalan keluar dari setiap kesusahan dan memberikan rizki dari arah yang tiada di sangka-sangka.
Kedua: Yakin sepenuh hati akan semua janji dan Ancaman Allah itu nyata. Islam itu jelas, lukas dan tegas, tidak ada keraguan di dalamnya, bahkan tingkat keyakinan padanya harus diletakkan pada derajat tertinggi, sebab hakikat dari semua kebenaran adalah Islam dengan segala ajaran dan keyakinanya. Dengan demikian mudah-mudahan kita akan terus menjadi generasi muslim yang kuat beragama tidak kehilangan identitas diri.
Ketiga: Bahagiakan dan wujudkan keinginan orang tua. Ku kira hadist yang menerangkan bahwa keridhoan Allah terdapat pada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah terdapat pada kemurkaan orang tua, merupakan hal yang sudah finish, tanpa butuh diskusi dan perdebatan panjang untuk yang satu ini.
Keempat: Tulus membantu orang lain karena Allah swt (lillah). Bukankah Allah selalu menolong siapapun dari hambaNya selama ia selalu menolong sesamanya dengan tulus hati? Yakinilah bahwa janji Allah itu pasti, karena sesungguhnya Dia tidak pernah ingkar janji.
Kelima: Hindari hutang perbanyak sedekah. Sebab Hutang menimbulkan kecemasan di malam hari dan ketakutan di siang hari, sedangkan sedekah hadir sebagai solusi, walau dalam keadaan mepet sekalipun, bagi Allah tidak ada yang mustahil, “Jika Dia katakan terjadilah, maka terjadilah!” .
Berhentilah sejenak, mari meluangkan waktu luang waktu tuk membaca pesan tersirat Allah di balik alamnya,… Bukankah jika ridha Allah yang di kejar, Insya Allah semuanya akan lapang? semuanya akan mudah, semuanya akan terlewati dengan baik? Berlaku juga sebaliknya.
“Mulai tahun ini… Aku ingin mengejar ridho Allah swt lewat ridho orang tuaku!”
Tidak salah kiranya itu menjadi contoh ungkapan awal resolusi 2019 ini.
Waalahu’alam bisshoab.
#Renungan Pergantian tahun
#edisilembaranbaru
#edisilembaranbaru
#2019membawaperubahankearahyanglebihbaik
Selasa, 01 Januari 2019, 18.46 wib
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.