Jum’at, 01 Mei 2020
Medan, 08 Ramadhan 1441H
***
Upaya mendekati Allah SWT yang paling real adalah dengan cara mengikuti sunnah Rasulullah.
Para usatadz-ustadz dulu sering mengingatkan: “Katakanlah jika kamu beriman kepada Allah SWT, maka ikutilah sunnah Rasulullah, maka Allah akan mencintaimu.” Sebab itu, upayamu sebenarnya bukan kabur, tapi telah jelas dan gamblang. Upayamu mendekatkan diri pada Allah SWT tidak pakai bingung, cukup datangi Allah SWT dengan hati tulus ikhlas memohon ampun, berdoa, berusaha sebagaimana usaha Rasulullah Muhammad Ibnu Abdillah dan bertawakkal total, maka seluruh dimensi hidupmu telah kamu upayakan mengarah dan mengikuti jalan Allah SWT. Berharaplah agar Allah selalu ridho. Aamiin ya Rab.
Upaya selanjutnya yang dapat mendekatkanmu dengan Allah SWT adalah dengan ber-taqwa, lakukan seluruh perintah Allah SWT dan jauhi semua larangan Allah SWT. Bagaimana melakukan perintah-Nya? Pastinya dengan ilmu. Bagaimana menjauhi larangannya? pastinya juga dengan ilmu.
Pandai-pandailah menimbang-nimbang sebab-akibat yang terjadi, sehingga menjadikanmu makhluk yang beriman kaffah. bukan Albert Enstein sendiri telah mengakui lewat kata-katanya: "Agama tanpa ilmu itu buta, ilmu tanpa agama itu lumpuh. agar tidak buta dan lumpuh maka ilmu dan agama (keimanan) harus bersinergi berbarengan, harus menyokong bersamaan. Sehingga hasilnya meninggalkan larangan itu sendiri menjadi ibadahmu di sisi Allah.
Sebagai ilustrasi sederhana: Larangan menyakiti hati orang tua. Jika kamu memahaminya dengan ilmu, akan jelas dihadapanmu bahwa orangtuamu itu adalah Malaikat ciptaan Allah yang mewalikan penta'diban dan perawatan kehidupanmu di dunia, sejak lahir hingga tutup usia. Bukankah kamu memahami itu dengan ilmu?Maka menjauhi diri dari menyakiti hati orangtuamu itu sendiri merupakan ibadah terbaikmu tanpa kamu sadari, sebab kamu menjauhinya dengan ilmu. Merupakan salah satu bukti taqwa kepada Allah ‘azza wa jalla yang sebenarnya..
Dan terakhir Setelah bertaqwa kepada Allah SWT, rianglah dengan kata “ikhtiar” [Baca: Usaha tanpa kenal lelah]. Menjadi diri yang lebih baik, lebih kuat, lebih bekerja keras, lebih giat, lebih bersungguh-sungguh, bahkan lebih mati-matian hingga titik darah penghabisan itu jauh dicintai Allah SWT dari sekedar menunggu tanpa usaha maksimal. Setelah usahamu sampai pada titik terpuncak, tidak ada lagi yang lebih dicintai Allah SWT selain hanya “tawakal” [Baca: Pasrah seraya terus berdo’a dan memohon hanya kepada Allahu Ahad.] Sebagai bentuk bahwa khalifah itu sendiri sejatinya lemah. Mesti memiliki pijakan yang kuat, tempat kembali, tempat bersujud-berpasrah diri yaitu Alllah SWT yang maha kuasa, maha pengasih lagi maha penyanyang.
Akhir kata kepada Allah SWT hamba memohon ampunan dan hidayahmu ya Allah, ampunan seluruh kesalahan dan dosa-dosaku juga kesalahan dan dosa-dosa keluargaku, orang-orang yang kucintai dan kusayangi, serta untuk semua muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat.
Bukakanlah pintu hidayahmu juga untuk kami, semoga Engkau mengembalilkan kami ke jalan yang lurus setelah sebelumnya kami tersesat, membimbing kami ke jalan yang benar, setelah sebelumnya kami terjerembab dalam Lubang kenistaan. Ridhoilah Kami mendapatkan Rahmat dan hidayah-Mu di Ramadhan kali ini ya Allah. Aamiin
***