Judul Buku : Bohong Di Dunia
Penulis : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit : Gema Insani
Cetakan : Kedua, Syawwal 1438 H/ Juli 2017 M
Tebal : xvi + 128 hlm; 18,3 cm
ISBN : 978-602-250-383-5
Resensator : Irwan Haryono S., S.Fil.I
**
“Orang yang berani berkata terus terang adalah orang yang mendidik jiwanya untuk merdeka. Orang yang berani menerima perkataan orang yang berterus terang adalah orang yang membimbing jiwanya kepada kemerdekaan. Oleh sebab itu, kebenaran adalah kemerdekaan.” [HAMKA]
**
Sebelum mengulas mendalam tentang judul ini, mari kita cari tahu dulu apakah yang dimasudkan dengan bohong itu sendiri?
Berbohong atau berdusta adalah berkata tidak jujur atau tidak berdasarkan fakta sebenarnya. Orang yang berbohong akan melontarkan kata-kata yang tidak benar, perkataannya sudah pasti tidak sesuai atau berlawanan dengan fakta dan realitas.
Jika bohong itu adalah tradisi anak muda, mungkin hampir setiap hari remaja ibu pertiwi mempraktikkan tradisi ini, sebab kita adalah bangsa yang taat akan budaya dan tradisi leluhur nenek moyang. Akan tetapi nyatanya tidak. Hal ini bukan identitas remaja Indonesia, bukan juga tradisi leluhur, apalagi menjadi warisan turun temurun bangsa. Ajaran terpenting dari bangsa ini. Adalah ajaran bekerja keras, berjuang keras, kuat silaturrahim dan membumikan kejujuran dari seluruh lapisan masyarakat, dimulai dari tradisi jujur pada lingkungan keluarga internal, keluarga di lingkungan, hingga menjadi tradisi dari satu negara. Untuk itu bohong bukan tradisi kita, bohong adalah penyakit yang harus diberantas habis hingga keakar-akarnya, namun jika itu berat, maka sebelum membumi hanguskan kebohongan dari dunia fana ini, hilangkan terlebih dahulu bohong dalam dirimu sendiri, selanjutnya biarkan bohong dunia akan hilang dengan sendirinya karena lewat jujurmu; lewat kejujuran saudaramu yang lebih mendominasi populasi dunia ini yang datang dari dasar hati masing-masing diri.
Bercerita tradisi bangsa, ternyata dibelahan dunia sisi lain, kebohongan ini menjadi sebuah tradisi; di belahan dunia barat, ada satu kebiasaan senda gurau atau canda yang telah lazim di Benua Eropa dan menjalar kepada bangsa kita agaknya, yaitu kebohongan atau dusta 1 April. Begitu mereka menyebutnya. Orang Inggris menamakannya “April Fool”, orang Prancis “Poisson d’avril” orang Jerman menamai “Der Aprilnarr”. Pada setiap tanggal 1 (satu) April, biasanya surat-surat kabar menerbitkan atau menyiarkan kabar berita yang ganjil dan bohong, tetapi bohong yang tidak merusak. Pada 1 (satu) April 1846, surat kabar The Evening Star di London memberitakan bahwa di kebun percobaan akan diadakan satu pertunjukkan keledai yang baru didatangkan dari benua Afrika. Datanglah orang berduyun-duyun ke tempat itu hendak menontonya. Namun, tidak ada seekor keledaipun yang muncul. Ternyata, orang-orang yang datang menonton “acara” itulah yang jadi “keledai” nya. Menjadi tontonan orang lain karena lupa serta dikerjai bahwa hari itu adalah 1 (satu) April,“April Fool”.
Disisi yang sama, plato di dalam bukunya yang terkenal, Republik, Plato mengatakan pada suatu masa, bohong tidak lagi merupakan perbuatan tercela, alasan Plato: “… Kata-kata bohong (dusta kadang-kadang ada juga manfaatnya dan tidak tercela, misalnya ketika berhadapan dengan musuh, pada waktu teman kita sangat marah, atau ketika seseorang sedang tertekan karena kesalahan pendapatnya sendiri, hingga nyaris jatuh ke dalam suatu perbuatan yang sia-sia. Maka, perbuatan bohong pada waktu itu menjadi berguna, seakan-akan seperti obat dan penangkal. Demikian juga dengan cerita-cerita dongeng yang kita bicarakans sekarang, oleh karena kita tahu hakikat zaman yang telah lampau itu, kita menggambarkan dusta seolah-olah hampir mirip dengan kebenaran.”
Lain plato lain pula dengan Aristoteles, menurutnya orang yang mengatakan kebenaran (jujur) yang sejati ialah yang berkata benar dan meninggalkan dusta, bukan karena mengharapkan keuntungan, tetapi dia cinta kebenaran dan merasa puas telah berkata benar. Sebaliknya, dia menjauhi dusta karena memang hatinya benci dengan dusta, dan tidak mengharapkan keuntungan apa-apa. Dalam hal ini Aristo membagi dusta menjadi beberapa tingkat, ada yang sangat berbahaya dan ada yang kurang bahaya. Kalau kita berdusta karena ingin martabat tinggi atau karena ingin masyhur (popular), maka “dicampur” sedikit dengan dusta, tidak mengapa. Begitu pendapat beliau. Namun, jika dusta digunakan untuk mengejar harta, inilah dusta yang paling buruk dan hina.
Lain dari kedua tokoh filsuf di atas, Nabi Muhammad saw sebagai rasul dalam agama Islam menjelaskan bahwa maksud hadirnya agama Islam sebagai penyempurna adalah untuk menimbulkan keteguhan jiwa manusia, keteguhan menimbulkan kejujuran dan tidak mengenal bohong. Sebab bohong adalah hasil dari jiwa yang lemah. Allah swt berfirman dalam surat Al-Ahzaab:70 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
Dalam surat At-Taubah: 119 Allah kembali berfirman yang berarti:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
Dan terakhir firman Allah swt dalam surat an-Nahl: 105, yang artinya:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.”
Berdasarkan isi dari ketiga ayat itu, bahwa hidup yang dianjurkan oleh Islam adalah hidup yang mempunyai kepercayaan (iman) kepada Allah. Iman menimbulkan takwa, yaitu memelihara jiwa dari pengaruh-pengaruh perbuatan jahat yang akan menjatuhkan martabat manusia. Iman juga menjaga manusia agar senantiasa berhubungan dengan Allah swt.
Keduanya, iman dan takwa akan rusak dan binasa apabila seseorang telah berani berdusta. Ditegaskan kembali bahwa dusta hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah.
Buku saku ini mengulas ringkas, namun mendalam tentang Bohong. Di antara 11 daftar isinya adalah: 1. Bohong (Bohong dan benar, bohong diam dan bohong samar, bohong dalam perbuatan, bohong dan serba-serbi bentuknya). 2. Terus Terang (Bohong menumbangkan masyarakat, khianat, senda gurau, benar lebih tenang, basa-basi, sunnah nabi). 3. Agama Menyikapi Bohong (Agama Yahudi, Agama Nasrani, Agama Islam, beberapa bimbingan Nabi Muhammad saw, pintu kekayaan batin). 4. Bohong yang Diperbolehkan(Antara terus terang dan bohong, bagaimana jika terjadi? Pandangan Islam, Kata-kata yang disamarkan, cerita gembira, teka-teki, dongong, April fool (April mop) pandangan plato), 5. Bohong dalam Ilmu Jiwa(anak-anak dan kebenaran, apa penyebab anak-anak berbohong, bohong karena takut, bohong yang disengaja). 6. Pendapat Aristoteles. 7. Pendapat J.J. Rousseau (Pembagian bohong, penyebab anak-anak berdusta, kesalaahn guru). 8. Pendapat Granville Standley Hall (sayang dan benci, karena mementingkan diri sendiri, dusta keberanian, dusta penyakit, dusta karena sombong), 9. Penelitian Ferriani. 10. Penutupdan 11. Filsafat Bohong.
Tertarik saya ingin membacanya lebih lanjut seusai membaca sinopsis judul ini, pada kalimat: “Berbohong atau dusta adalah berkata tidak jujur atau tidak berdasarkan fakta sebenarnya. Orang yang berbohong akan melontarkan kata-kata yang tidak benar, perkataannya sudah pasti tidak sesuai atau berlawanan dengan fakta dan realitas.”
Dalam bukunya ini Prof. Dr. Hamka mengupas dan mengkaji secara detail bahasan tentang kebohongan. Pembahasan ulasannya mengulas-kaji bohong dari perspektif Islam. Beliau juga membahasnya dari sudut pandang ahli ilmu kejiwaan, seperti Aristoteles, J.J. Rousseau, Stanley Hall, dan lainnya sebagaimana terangkum pada bait di atas; dimana intisari fenomenalnya adalah: “Sikap kejujuran dan keberanian mempertahankan kebenaran adalah intisari dari jiwa yang merdeka. Sementara itu, kebohongan atau kemunafikan adalah gejala dari jiwa budak!” (HAMKA)
Pada halaman akhir, sebelum mengakhiri isi buku ini beliau menuliskan pesan bahwa: “Bohong satu kali adalah laksana nila setitik dimasukkan ke dalam susu sebelanga. Bohong satu kali kerap menjatuhkan harga seseorang di hadapan sesama manusia untuk selama-lamanya. Jujur dan benar adalah sifat semula jadi mansuia. Setara hati yang asli adalah jujur dan tidak mau berhohong.
Waallahu a’alam.
Terima Kasih sudah mau membaca hingga sejauh ini.
Ahad, 23 Januari 2022
Medan. Sumut. Indonesia