Dalam kondisi apapun bersikap jujurlah, sebab sifat jujur menolongmu dan orang lain. Menolongmu karena dengan bersikap jujur hatimu lapang, ‘asshorohah rohah’, secara otomatis orang tahu siapa dirimu; ialah sosok jujur yang berbicara apa adanya, dengan sendirinya jati dirimu terbentuk, charisma dalam dirimupun terpancar. Di sisi lain, jujur juga menolong orang lain, sebab dengan kejujuranmu orang lain terbantu untuk memahamimu sepenuhnya. Jika jujur kata-katamu, jujur sikap dan gerak-gerikmu, maka akan lapang orang memberikan penilaian tentangmu, kelak dia juga bebas memilih; apakah harus menjadikanmu sebagai sahabatnya, rekan bisnisnya, rekan kerjanya, calon pendamping hatinya, atau malah sekedar teman biasa, sekedar jumpa, sapa dan berlalu begitu saja.
Kiranya kita sepakat bahwa manusia hanya dapat melihat dari apa yang tampak, meskipun ini tidak bisa dijadikan patokan, namun ironisnya inilah yang menjadi standart orang awam dalam menilai orang lain. Parahnya lagi bukan sekedar menilai akan tetapi menghukumi orang lain. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Bukankah seyogyanya tidak demikian! Sebab proses yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin harus dilalui. Tahu seseorang memiliki satu permasalahan, maka yaqinkan diri dengan bertanya langsung atau minimal pada orang terdekatnya; setelah yaqien harus lihat langsung keadaannya, dan saksikan dengan mata kepala sendiri, maka akan menjadi ‘ainul yaqin’, setelah itu ajak dia duduk, tanyakan langsung, ajak mengobrol, agar ia berbicara, sehingga dari sana dia akan berbicara apa adanya. Saat itu simpati, empati melebur menciptakan suasana haru, ikhlas untuk saling bantu, bahu membahu, sisi kepedulian sebagai sesama manusia mulai terjalin. Dan saat itulah haqqul yaqien muncul.
Hentikan kepura-puraan, sebab berpura-pura sama saja seperti memakai topeng, dan orang yang mengenalmu bukanlah mengenalmu tapi mengenal topengmu, kalaupun mereka suka dan mencintaimu, sejatinya itu mencintai topengmu bukan dirimu yang sebenarnya, sudahilah… Tolonglah orang lain dengan memakai wajah sendiri, sebab dengan memakai topeng, orang lain hanya mengenali topengmu bukan dirimu, dan kamu tidak akan pernah nyaman, seumur hidupmu. Berhentilah, sebelum lelah berkepanjangan dan penyesalan jadi akhir dari segalanya. Sadarilah apapun yang kamu lakukan, ucapkan, pikirkan dan realisasikan, usahakan sebisamu itulah sejujurnya dirimu apa adanya. Sekali tidak jujur, maka rusaklah tatanan rapi kepercayaan masyarakat. Dan kamu mesti membangun kepercayaan dari awal lagi. Itupun jika kamu masih ingin berubah. Jika tidak, sejarah akan berulang, dan terjatuh dilubang yang sama yang serupa.
Kamu tidak dapat mengetahui kapan dirimu dinilai orang, atau kapan dirimu tercoreng nilai di depan seseorang. Meskipun penilaian orang tidak berpengaruh terhadapmu menurutmu sekarang, tapi satu kesempatan berbohong jika dilakukan dengan sengaja dan berhasil, maka sifat ketagihan sangat ingin mengulanginya kembali, itu sangat berpengaruh untukmu bahkan berbahaya bagi hidupmu. Berhati-hatilah!
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.