Dalam mengambil putusan, jangan pernah lupa mempertimbangkan 2 sisi yang tak terpisahkan, pertama adalah pertimbangkan ‘maslahah’nya. Kedua pertimbangkan ‘mudhorat’nya, mana yang lebih besar manfaatnya, lebih besar kebaikannya bagi orang banyak, itulah keputusan yang paling cocok untuk diambil, maka setelah mengambil keputusan jangan merasa ragu dan bimbang, sebab pada saat itu, pada saat putusan itu kamu ambil, pada saat bersamaan kamu telah menunjukkan kebijaksanaanmu, sekalipun ada rasa sedikit sesal dari apa yang kamu lakukan, tapi percayalah, bahwa itulah bunga-bunga perjalanan agar membuat perjalananmu Indah di kemudian hari.
Mengingat penyesalan, sebenarnya kapan sih penyesalan itu timbul?
Menurutku, penyesalan timbul mana kala rasa logika mulai terkalahkan dengan perasaan, di saat mengambil keputusan logika berperan penting untuk menganalisis permasalahan, mempertimbangkan ‘maslahah’ dan ‘mudhorat’, sehingga di saat yang sama perasaan terhalangi untuk memberikan opsi pendapatnya, namun pada saat logika sudah ‘take action’, take decision, telah menganggap usai satu persoalan; perlahan perasaan mengutarakan pertimbangan dari perspektifnya, dengan lembut dia utarakan, dengan santun dia paparkan, dengan penuh hikmat logika mendengarkan, sampai di sini logika paham, bahwa ada sesuatu yang mungkin baginya benar, bagi perasaan adalah salah, baginya adalah terbaik, bagi perasaan tidak, keputusan yang benar adalah seharusnya logika mempertimbangkan sisi logis dan sisi rasa, tidak mesti berbanding sama, bisa 70% logika, dan sisa 30% nya untuk rasa, hasilnya itulah putusan bijaksana.
Soal putusan yang diambil dengan pertimbangan logika dan rasa, adalah putusan bijaksana, timbul persoalan baru, maka pertanyaannya apakah setelah itu masih ada penyesalan? Atau lenyap sama sekali?
Kembali lagi kucoba menjawabnya, tentu saja tetap ada, ada masa manusia harus memilih, ada waktu di saat kita harus mengambil putusan, mungkin berat, tapi itulah dia hakikat kehidupan, jika ingin terbebas dari rasa bersalah yang berlebihan, ucapkanlah ‘Bismillah’ karena sadar atau tidak sadar setiap kali hirupan nafas kau hirup, setiap itu juga takdir Tuhan berlaku untukmu. Begitu kira-kira pesan Jalaluddin Rumi.
Sampai di sini apakah masih ada penyesalan?
Sampai di sini apakah masih ada waktu untuk memperbaiki penyesalan?
Sampai di sini apakah yang menyesal sudah bangkit dari rasa bersalahnya?
Atau yang mengetahui seseorang menyesal karena berbuat salah dengannya sudah memafkannya sejak awal?
Atau malah penyesalan itu sudah dianggap keputusan paling bijak oleh objek yang terimbas keputusan?
Apapun itu, penyesalan selalu ada di belakang, maka bangkitlah sebisamu, terlalu melawan, rasanya sakit luar biasa, kamu tidak tahan. Terlalu bertahan dengan penyesalan, dalam waktu panjang, kamu tersiksa, lama kelamaan juga kamu tidak tahan, jalan bijaknya, rasakan penyesalan itu, nikmati penyesalan itu, sadar betul terhadap penyesalan itu, kedepannya, ia tidak lagi penyesalan, tapi kebanggaan, kepuasan, bersahabatlah dengan semua itu, kamu mampu. Pada akhinya ketika semua ini mampu kamu selaraskan, mampu kamu lewati dengan baik alurnya maka tunggulah.. Hikmah akan muncul menjadi sebuah rasa lega, lapang, dan penuh suka cita, satu persoalan dalam perubahan fase kehidupanmu berhasil kamu lewati dengan baik.
.
.
Selamat menjalani fase berikutnya..
See You 2021 and Welcome 2022.
Sabtu, 1 Januari 2021
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.