**
“Tidak ada Tuhan, melainkan Allah”. Lafadz itu mengandung yang negative dan yang positif. Negatif, karena ucapaan “Tidak ada Tuhan”, sedang yang positif: “Melainkan Allah”. Maka dua kekuatan itu meledakkan atom yang melahirkan sumber Tauhid dalam diri kita masing-masing, bahwa kita betul-betul percaya: “Tidak ada Tuhan, melainkan Allah”.
[Prof. Hamka]
**
Buku ini adalah harta karun bagi kolektor karya tulis tentang Buya Hamka. Merupakan buku yang luar biasa. Ditulis oleh 46 orang tokoh terkemuka, semuanya memiliki cerita khusus tentang Buya Hamka. Banyak hal yang dituliskan, semuanya tertulis subjektif penulisnya masing-masing, sebab hanya tokoh tersebutlah yang bersentuhan langsung, maka dengan serta merta sebagai seorang tokoh, cukuplah yakin hati ini bahwa ungkapan itu adalah benar adanya, seperti sebahagian sahabat Rasulullah yang belum mendapatkan hidayah ketika masa kenabiannya, sebenci apapun dengan Rasul dan dengan ajarannya, tetap jika itu adalah benar maka dibenarkanlah, jika itu salah, dikatakanlah salah. Konon lagi tokoh berikut adalah sosok terkemuka, sedikit banyak mereka terkesan, kagum, hormat dengan sosok Prof. Hamka. Semoga menjadi bahan bacaan yang menyegarkan para pembaca sekalian.
Beberapa ulasan di dalamnya, ada yang bercerita pernah berjumpa dengan beliau 2 kali, ada yang menulis tentang politik menurut versi Buya Hamka; menulis kenang-kenangan bersama beliau; ada yang mengakui beliau sebagai pengarang dan pujangga, ada yang kagum saat mengenal Doktor Hamka; Hamka sebagai ulama, pujangga Islam Indonesia; Hamka dan Ayahnya; mengenal Hamka dari jauh dan dekat; ada juga yang bernostalgia dari Kalimantan selatan; ada yang menerangkan Hamka di London; ada juga yang menulis tentang kepribadian beliau, dan masih banyak lagi judul lainnya. Merupakan tulisan yang sangat luar biasa, tak pernah terpikirkan bisa membaca karya sebagus ini, sosok ulama yang benar-benar diakui bagi para tokoh dizamannya, setelahnya bahkan hingga saat ini, Wallahu Yarham.
Jika kamu adalah generasi Z atau generasi Y, maka nampaknya kita lahir di era yang sama, perlu banyak membaca sejarah untuk mengetahui perubahan dinamis dari putaran dunia, apalagi tentang Hamka, tidak bisa sekedar membaca satu buku lantas tahu sepenuhnya tentangnya, tidak bisa bilang hanya menikmati audionya lantas mengikuti sirah tentangnya, perlu ada pembanding untuk mengetahui lebih dalam, sebagai penyeimbang dari pengetahuan kita dengan pengetahuan orang lain, penyambung terputus antara perpektif kita dan perspektif orang lain dalam memahami realita kehidupan Hamka.
Dari mana belajarnya?
Ya dari buku ini salah satunya.
Dari buku ini para penulis di dalamnya menceritakan sendiri tentang pengalamnnya langsung saat berjumpa dan hidup dengan sosok Hamka yang sedang kita bicarakan saat sekarang ini.
Andai kata kamu adalah seorang pembaca, bacaan buku ini bukan sunnah lagi hukumnya, akan tetapi ‘sunnah muakkad’ mendekati ‘fadlu ain’, maaf jika Aku terlalu berlebihan meminjam istilah di atas, namun yang kurasakan ketika membaca sisi lain dari Buya Hamka yang tak terekam sejarah manapun, membuatku yakin, bahwa do’a orang tua saat telah berputus asa dalam mendidik anaknya, ternyata dapat dengan mudah dikabulkan oleh Allah swt, bahkan menjadikannya sosok ulama yang meneruskan perjuangan ayahnya, bahkan lebih lagi.
Menurutku, tak peduli seberapa sulit hari-harimu, seberapa jauh kamu melintasi perjalanan jauh dari kebenaran, namun seketika kamu menemukan satu titik terang penerang hatimu, maka ikutilah cahaya itu, bisa jadi cahaya itu yang akan menuntunmu masuk kedalam rahmat Allah swt yang tak tergantikan dengan gemerlap hidup yang kamu kejar selama ini. Wallahu a‘alam.
Untuk buku yang satu ini aku tidak mampu berujar panjang, sebab tulisanku tidak mampu menggambarkan indahnya buku ini, ulasanku tak cukup mampu mendeskripsikan tulisan yang sangat tertata dari bait setiap penulis dalam buku ini, jika telah ada lampu buat apa lagi sinar lilin, jika telah ada penulis handal menceritakan tentang hamka, maka buat apalagi aku bercerita. Sungguh mereka adalah para penulis yang sangat luar biasa.
Tugasku saat ini hanya mengajak para pembaca resensi ini untuk membacanya segera, tidak ada kekurangan buku ini kecuali satu. Tulisan bercetak kapital besar yang terekam di lembar pertama setelah covernya kubuka “DILARANG MENGUTIP ISINYA TANPA IZIN DARI PENERBIT”
Sungguh betapa sungkannya Aku mengutip harta karun ini untuk memunculkannya di atas permukaan lewat catatan ini, ada sedikit rasa ragu jika harta karun ini diangkat ke permukaan, dapat menjadi kutukan bagi penulis, sama seperti yang diterima Barbossa dan krunya yang mengangkat koin Aztec milik keluarga Turner, akibat kutukan tersebut, merekapun berubah menjadi makhluk setengah abadi berbentuk tengkorak, menjadikannya mayat hidup, satu-satunya cara mengembalikannya adalah dengan mengembalikan koin tersebut ke dalam peti di dasar, dengan setetes darah dari orang yang menggunakan harta tersebut. Dengan demikian kehidupan merekapun akan kembali kepada sedia kala. Hehehe…. Jadi melebar ke Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl, pula ya, hehehe…
Jauh dari pada itu dari lubuk hati terdalam, dengan sangat sopan kukatakan inilah termasuk karya luar biasa itu, dengan segala ta’zimku mengatakan ini adalah harta karun mahal yang harus dibaca berulang-ulang. Dengan penuh rasa menggebu saran peresensi ini, bacalah buku ini, dan nikmatilah… Kamu akan menikmati hari-harimu hidup bersama para pujangga, ulama, tokoh, orang-orang terkemuka yang hidup semasa kehidupan Buya Hamka.
**
Judul Buku : Kenang-Kenangan 70 tahun Buya Hamka
Penulis : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit : Yayasan Nurul Islam
Cetakan : Pertama, 1978
Tebal : 288 hlm
ISBN : -
Genre : Kompilasi
Resensator : Irwan Haryono S., S.Fil.I
**
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.