Anak-anakku saat ini kamu telah duduk di kelas 5, ada yang duduk di kelas 5B, 5D, 5F, 5H dan seterusnya… Sadarlah kamu masih anak baru di kelas 5 ini, berperilakulah selayaknya anak baru yang sedang belajar, pahami seluruhnya, berhati-hati dalam melangkah, dan jaga dirimu sebaik-baik yang kamu bisa. Mandirilah!
Kelas 5 adalah kelas yang sakral, ibaratkan pohon kelapa, saat ini kamu sudah berada di puncak, mesti ada tugas akhir yang harus kamu selesesaikan, ialah mempersiapkan diri untuk menghasilkan ‘degan’ yang manis, kelak semakin bijaknya kamu, akan semakin tua kelapa tadi, dan kamupun semakin bersantan. Kamu Istimewa!
Anak-anakku, kemarin kami ragu akan kelulusanmu, namun hari ini kami bangga denganmu, karena telah berhasil melewati ujian kemarin, tapi ingat, baru saja lulus dari satu ujian, di hadapanmu ada ujian baru yang harus kamu lewati; bisa jadi lebih sulit, bisa jadi lebih rumit, maka persiapkanlah dirimu sejak saat ini.
Anak-anakku, kamu terlahir untuk menjadi lebih baik dari kami, jika kamu terlahir tidak lebih baik dari kami, lebih baik kamu tidak usah dilahirkan dan kami tidak usah mati, karena hanya akan mengurangi jatah beras. (Kyai Hasan Abdullah Sahal)
Kini bersiaplah untuk menjadi yang terbaik, kami menuggu masa menontonmu dari balik layar tv, ketika kamu harus mengetuk palu keputusan akan sidang istbat, menunggu komando dari seorang panglima, menunggu pembelaan dari seorang pengacara, bahkan menunggu pembaharuan dan terobosan dari president-president di masa akan datang. Siapa orangnya? Kamulah orangnya. Catat ini baik-baik dan realisasikan segera. Kami tunggu masa itu!
Ustnya juga ditunggu karya selanjutnya ttg nilai nilai pesantrennya,, karena emg pesantren sedamg sangat disorot tentang dampak keberadaannya bagi masyarakat sekitar pada khsusnya dan negara pada umumnya,,
ReplyDeleteTerima kasih atas dukungannya Bapak/Ibu Anonim, semoga kedepannya karya tertulis dan terpublish dapat menjadi bukti eksistensi kami di masyarakat dan negara, Aamiin
Delete