Ada banyak tujuan orang tua memasukkan anaknya ke pesantren. Ada sekian banyak keinginan, harapan, impian, dan cita-cita luhur yang masing-masing mungkin berekspektasi lebih besar dari fakta sebenarnya. Berharap anaknya menjadi pribadi yang baik, berharap anaknya menjadi sosok tokoh yang memiliki banyak ilmu, bahkan menjadi ilmuan dan ulama yang keduanya saling bersinergi dalam satu kesatuan yang terkumpul dari anak yang telah dimasukkan di dalamnya, begitulah kira-kira harapan orang tua, berharap terbaik untuk gerasi penyambung nama dari keturuanannya yang baik.
Meyikapi dari harapan dan impian ini, pesantren memetakan pembentukan karakter santrinya dalam 4 kategori olahan dasar, yaitu olah dzkir, olah pikir, olah raga, olah rasa. Masing-masing memiliki goalnya tersendiri.
Olah Dzikir, adalah kemampuan santri dalam mengolah hati dan jiwa terus diasah untuk semakin peka dan kuat berkeyakinan. Peka berguna baginya untuk menimbang rasa, telah jauhnya hati dari siraman rohani, saatnya kembali, kemudian bersiap membersihkan diri dan pikiran agar terus dapat menjadi pribadi yang terbesersihkan setiap harinya. Adapun kuat berkeyakinan menjadikannya pribadi yang tak lekang oleh waktu dan zaman, namanya ibadah, tetap harus ditegakkan, sebab itu adalah wujud dari keshalehan seorang hamba pada tuhannya.
Olah Pikir, jika akal pikiran adalah menjadi panduan kecerdasan. Maka santri memiliki aktifitas akal yang cenderung terstimulus lebih sering setiap harinya. Pagi seusai shalat subuh pemberian kosa kata bahasa asing (Arab-Inggris) dengan suara lantang menghilangkan kantuk yang melanda, sebagai wujud semangat ‘man jadda waja’ di pagi hari. Sebuah aktifitas semangat yang tak akan di dapat di manapun selain di pondok pesantren.
Olah Raga, jika Kesehatan tubuh selalu diberitakan dengan harus makan teratur, tidur teratur, olah raga rutin dan cakupan gizi yang teratur, maka santri pesantren telah melakukan itu jauh sebelum himbauan itu ada. Hidupnya telah teratur, terjadwal dalam 24 jam, olah raga tidak usah ditanya, belum datang waktu olah raga terjadwal saja mereka sudah olah raga. Tak heran karena keaktifannya, para santri memperagakan permainan badminton di kelas ketika jam istirahat, memisalkan pertandingan tenis meja di atas meja yang ditumpuk rata, bahkan permainan takraw juga di pertontonkan di ruang kelas sebagai wujud sejat jasmani yang nyata.
Olah Rasa adalah terkait tentang seni dan olah hati, jika berbicara seni, ada banyak hal yang dapat dinikmati dari sisi tersembunyi dari para santri, seni kaligrafi, seni lukisan, seni panggung aktraktif, seni bela diri, seni lompat indah, seni senam, yang dari kesemuaan seni tersebut melahirkan banyak varian keajaiban. Dari seni mereka berdakwah, menampilkan karya memukau untuk bisa dinikmati jiwa, sehingga konstribusi dari olah rasa telah memperkaya sudut pandang bahwa seni adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri santri.
Maka empat olahan prioritas pesantren di atas, diharapkan mampu membentuk value santri terbaik. Dengan label santri sholeh karena olah dzikir, santri cerdas karena olah pikir, santri sehat karena olah raga, santri kreaktif karena seni, pada akhirnya karena Allah swt lah santri menjadi pribadi terbaik dengan nilai yang ditanamkan pada dirinya.
Senin, 19 September 2022
Amazing, keep writing and sharing
ReplyDeleteThank you sir, Insya Allah
Delete