Ada dua kata ampuh dalam dunia pendidikan yang mesti dimaknai dengan sungguh-sungguh dan tidak boleh salah pengertian yaitu memaknai arti ujian dan belajar. Jika ujian dimaknai sebagai akhir dari proses belajar, maka setelah ujian tidak ada belajar lagi, namun jika ujian dimaknai sebagai proses yang terdapat di dalam prosesi belajar, maka ujian itu tidak memberikan efek selain mengetahui batas kemampuan, tahu atas kadar diri, agar kelak bisa evaluasi mandiri, untuk itu mesti benar pemahamannya dulu, barulah ujian bisa menjadi hasil yang mampu bergerak menggerakkan, berjalan menjalankan, berkiprah memberikan pencerahan.
Ada hal menarik dibalik kata ujian ini, salah satunya adalah semangat mengetahui kemampuan diri, dan proses belajar yang tak henti, dalam istilah pondok pesantren modern sering didengungkan dalam 2 ucapan sakral, yang hadir sebagai dzikir. “Jajal awakmu” dan “ping sewu”. Sebuah falsafah esensial yang memiliki arti mendalam, terutama bagi seluruh civitas akademik, baik ia sebagai murid, santri, santriwati, mahasiswa, mahasantri, mahasantriwati, karyawan, guru, dosen bahkan kyainya pun sendiri, tetap harus mempraktekkan dua kata istimewa ini. Sebab dengan kalimat sederhana ini pondok pesantren mampu menjadi sumber inspirasi dalam dinamika kehidupan pesantren. Ibaratkan sedang mengisi teka-teki silang, dua kalimat inilah jawaban yang benar-benar bisa mengisi kolom yang kosong, dua kolom yang menjadi penyempurna untuk menjawab seluruh teka-teki yang disajikan.
“Jajal awakmu” adalah istilah jawa yang berarti ujilah dirimu, cobalah dirimu, tekan dirimu, beranilah mencoba hal baru, jangan takut melakukan hal baru untuk berkiprah di masa depan, dengan segala daya dan upayamu. Begitulah jika diartikan secara bebas, mudah-mudahan tidak menghilangkan esensinya. Efek dari kata sederhana ini, akan timbul semangat dalam diri yang mampu menjadi sumber pergerakan. Ketika dihadapkan pada berbagai macam bentuk ujian, mantranya “jajal awakmu” sehingga seketika menjadi berani mencoba. Untuk persoalan hasil adalah buah dari proses, dan itu tidak jadi masalah, karena biasanya proses yang baik tidak akan jauh dari hasil yang menggembirakan. Setiap kali datang kesempatan dan peluang baru, dzikirnya dalam hati “jajal awakmu”, akan timbul semangat menggebu, bahwa kamu mampu dan kamu bisa mencobanya. Jika telah demikian, tidak ada yang terlewatkan selain semuanya siap untuk dicoba.
“Ping sewu” istilah jawa yang ini berarti hingga 1000 kali, menerangkan bahwa jika diri telah berani mencoba sesuatu, maka melakukannya harus dengan sungguh-sungguh. Jika belum membuahkan hasil, maka langkah berikutnya adalah cobalah hingga “ping sewu” coba hingga 1000 kali, biasanya segala sesuatu kalau semangatnya sudah semangat 1000, maka sebelum angka 999 apapun itu, sudah menghasilkan buah yang manis yang dapat dinikmati rasanya. Semangat ping sewu ini manifestasi dari sebuah ideologi sebuah pergerakan, dan komitmen perjuangan serta konsistensi dalam menuju sebuah tujuan, yang keseluruhannya tidak dapat berjalan jika tanpa kesungguhan yang matang. Maka cobalah terus “ping sewu” seribu kali.
Sejatinya jika manusia masih hidup, maka ujian dan belajar adalah dua kalimat yang takkan terpisahkan seumur hidupnya, seorang profesor sekalipun masih tetap harus belajar bagaimana menciptakan profesor-profesor yang lainnya; seorang rektor terus belajar bagaimana menggerakkan kampus, mengupgrade para dosen hingga belajar dan berpikir bagaimana cara mengisi kekosongan akal dan inteligensi mahasiswanya agar bisa tumbuh dan berkembang menjadi “agent of change”; seorang kyai memikirkan dan terus belajar bagaimana mengembangkan pondok dan santri/santriwatinya; orang tua yang telah berada di puncak derajat manusia istimewa di hadapan Allah swt, tetap juga harus belajar bagaimana mengetahui pribadi anaknya, belajar bagaimana mengatasi prilaku anaknya, belajar bagaimana memahami pola pikir dan tindakan anaknya, kadang kala orang tua diuji lewat kelakuan anak yang meminta perhatian, diuji lewat perilaku anak nakal yang tidak terprediksi sama sekali, bahkan kadang juga orang tua diuji untuk bisa menjadi uswah bagi anaknya yang notabene telah tumbuh menjadi pribadi baik, konsisten, suka membantu, rajin beribadah, dan kuat agamanya, kesemuannya tidak terlepas dari belajar dan ujian.
Jajal awakmu; ujian untuk belajar bukan belajar untuk ujian. Dicoba ping sewu, di kerjakan ping sewu, disosialisasikan ping sewu, diistiqomahkan ping sewu, diserukan ping sewu, untuk selanjutnya bertawakkallah, biarkan rahmat Allah yang akan menolongmu di dunia dan akhirat. Tidak ada tujuan kita selain “Jannah”.
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.