Ujian adalah satu kata yang memiliki beribu makna. Ujian bisa bermakna motivasi, bisa bermakna hukuman, bisa jadi tiket liburan, bisa jadi nikmat, bisa jadi azab, semua tergantung bagaimana yang sedang diuji berpandangan.
Dari sekian banyak makna di atas, lantas apa itu ujian di pesantren?
Apa pula itu ujian lisan di pesantren?
Untuk kali pertama, kita coba untuk menguraikan jawaban dari pertanyaan pertama. Ujian di pesantren memiliki makna yang sangat spesial, ujian adalah cara membaca barometer kemampuan belajar seseorang, setelah ujian di akhir akan dilihat hasilnya, dan hasil inilah yang bisa ditindaklanjuti untuk dievaluasi. “Bil imtihaani yukromul mar'u au yuhanu.” Dengan demikian makna bebasnya adalah dengan ujian membuat seseorang dihormati atau dijengkali.
Untuk itu, ujian di pesantren secara prinsipil adalah bagaimana seseorang bisa konsisten belajar dan siap untuk mengevaluasi diri sendiri dalam setiap aktivitas yang telah dilakukannya secara simultan, untuk mencapai derajat "yukromu" bukan "yuhanu".
Sedangkan untuk santri dan santriwati, makna ujian di pesantren adalah proses membaca peta langkah kedewasaan dan kemajuan intelektual mereka. Dari sisi muatan materi pendewasaan lebih padat dari anak seusianya di luar dari lembaga pondok. Faktanya di samping belajar tentang ilmu pengetahuan baru, juga belajar mengevaluasi adabnya, disela-sela itu mental dan karakter kemandirian juga dilatih agar semakin kokoh. Fenomenanya pagi mereka bisa betah di pesantren, siang masih tertawa dan bercanda tawa dengan teman-temannya, sore asik olah raga, maghrib tiba-tiba kangen rumah, dan malam menelpon orang tua bilang tidak betah, dan ingin pulang. Itulah kira-kira ujian di pesantren bagi santri maupun santriwati. Dinamika perubahan emosional yang cepat, sering menguji mereka sebelum waktu ujian resmi itu sendiri dimulai.
Ada juga artikel saya tentang ujian, kiranya para pembaca ingin membacanya, boleh klik link berikut:
Jajal Awakmu; Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian.
Apa itu ujian lisan di pesantren?
Ujian lisan di pesantren adalah kemampuan seorang anak mempertahankan seluruh kemampuan intelektual dan mental beraninya di depan gurunya. Sedangkan bagi guru ujian lisan adalah ujian keikhlasan guru mengecek kemampuan anak didiknya secara verbal, harapannya guru tahu sampai mana kesiapan anak didik untuk menghadapi ujian tulis dan juga tahu sampai di mana letak kekurangan anak didiknya sebagai bahan evaluasi ke depannya. Dari proses ujian lisan ini, dengan serta merta anak yang diuji akan mendapatkan hasil evaluasi dari gurunya, terkhusus dari wali kelasnya. Untuk selanjutnya perubahan arah lebih baiklah yang dicita-citakan.
Menurut guruku, Ust. Zulfikri, dalam orasi ilmiahnya dihadapan seluruh guru-guru, memamparkan tentang ujian lisan, ada banyak titik penting yang disodorkannya, ringan-ringan pembahasannya, tapi perlu banyak penekanan, sebab karena ringan terkadang bisa begitu cepat terbang dibawa angin, jadi perlu ada penekanan agar yang mau terbang, kembali terpatri di atas permukaan Bumi. Syukur-syukur masuk di akal, terngiang di telinga, dan tertanam dalam hati nurani.
Ungkap beliau bahwa: "Ujian lisan bagi santri itu adalah cara santri mengekspresikan keilmuan, skill dan pola komunikasinya, diharapkan dalam aktivitas ini pendidikan mental ini dapat dijadikan bekal awal menghadapi orang lain dalam ujian serupa seperti ini nantinya. Selain dari pada itu, ujian lisan di pesantren juga sebagai gambaran perkiraan bentuk-bentuk soal yang akan diujikan ketika ujian ‘tahriri’ (ujian tulis) nantinya."
Lain bagi santri lain juga bagi guru, sedang ujian lisan di pesantren bagi para guru adalah "Bagaimana sikap guru dalam menjaga wibawa ujian masih tetap terjaga, kemampuan guru menahan kesabaran ketika menghadapi keadaan santri yang beraneka ragam, jika pintar anaknya. 'Alhamdulillah' ucap guru sambil bersyukur dalam hatinya. Jika agak lambat anaknya, "ya Allah mudahkanlah anakku ini memahami pelajarannya, lembutkanlah hatinya untuk konsisten belajar, dan kuatkanlah ingatannya dalam menghafal pelajaran, semoga Allah meridhoi setiap langkah perjuangannya." seyogyanya do’a guru untuk murid dalam hatinya."
Tergambar jelas masa-masa ketika melihat anak yang begitu awal masuk ruang ujian dan sudah "style silent" (diam tanpa sepatah katapun selain hanya senyum), gurupun harus lebih banyak berujar, bertanya, berpetuah bijak, berikhlas ria, berbicara tanpa ada balasan kata, beretorika mesti pada akhirnya tak mengerti apakah anak memahami soalnya atau tidak, tapi anggukan dan senyuman positifnya cukup untuk meyakini bahwa dia paham.
Bisa baca juga artikel lainnya: Ujian Untuk Belajar Bukan Belajar Untuk Ujian
Dari celotehan ini, kiranya pertanyaan apa itu ujian lisan di pesantren, bisa terjawab dengan baik, jika belum terjawab juga, nampaknya bisa sambil minum 2 "Raudhah Water Cup" dengan 3 kue mika, bisa menjadikan diskusi tentang ini bertahan 3 jam ke depan. :)
Terima kasih buat para pembaca yang berbaik hati membaca hingga akhir tulisan ini.
Salam hangat dari penguji yang menguji lisan dari awal sendiri sampai akhir.
Tapi tidak kesepian karena peserta ujian yang datang silih berganti, memberikan nuansa keseruan sendiri.
***
Catatan Apa Itu Ujian Lisan di Pesantren?
Oleh: Irwan Haryono Sirait, S.Fil.I., M.Pd
Sabtu, 12 November 2022
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.