Santri bisa tertidur di mana saja. Uniknya pengalaman ini bisa merata, hampir pada setiap angkatan selalu ada saja yang mendapat gelar ‘Nawwam’ (orang yang banyak tidur). Kenangan yang lucu untuk dikenang kembali.
Dan anehnya lagi, biasanya santri yang tertidur di mana saja itu hampir nyaris diambil alih oleh dua nominasi santri. Kalau dia pintar ya pintar kali, kalau dia bandel ya bandel kali. Sedangkan kalau santri pertengahan, biasanya tidurnya juga setengah-setengah tidak ‘kaffah’ (tidak totalitas) tertidurnya.
Siapa bilang santri kurang tidur? Santri tidak kurang tidur, santri hanya kurang puas tidurnya. Makanya untuk memuaskan tidurnya mereka harus kreatif memanfaatkan setiap detik waktu yang ada, walaupun sebentar lumayanlah untuk penghilang kantuk. Biasanya saat-saat kantuk menyerang tanpa ampun, saat itu juga santri berandai, kalau nanti pulang ke rumah, ingin rasanya, seharian hanya untuk tidur dari pagi sampai sore, ya hanya untuk tidur dan selonjoran nyaman. Simpel ya keinginan santri.
Tertidur bukanlah salah, sebab tidur itu sendiri nikmat yang harus disyukuri. Banyak orang yang tidak bisa tidur meski dianugerahi tempat tidur mewah, susah tidur meski kamar dingin nyaman ber ac, sulit lelap walau tinggal di rumah kedap suara, hujan bagaimanapun derasnya tidak kedengaran dari dalam. Tapi tetap saja tidak bisa tidur, maka beruntunglah santri yang bisa tertidur kapan saja, dimana saja, dalam kondisi apa saja.
Hal ini tidak serta merta menandakan mereka malas, lebih kepada menandakan wujud da’wah. Bahwa lebih baik tertidur dari pada bangun tapi berghibah. Upaya jihad santri untuk meninggalkan hal-hal yang berbau-bau negatif, bisa jugalah disebut berdakwah dengan ‘af’aal’ (suri tauladan).
Tertidur bisa kapan saja, kapan ada waktu lebih baik tidur dari pada ngobrol yang sia-sia. Jika berpendapat belum tentu benar, berorasi belum tentu sesuai, berkegiatan belum tentu benar, dan tidur juga mestinya belum tentu benar, maka dari itu, santri mulailah aktif menimbang rasa, mana yang lebih kecil ‘mudhorot’-nya dan lebih besar ‘manfaat’nya itulah yang diambil. Berdasarkan ijma’ sukuti santri biasanya akan mendapatkan satu titik poin menarik, menyimpulkan lebih bermanfaat lagi tidur dari pada berbuat yang tak berguna. Syukur-syukur dengan tertidur tadi menjaga diri dari banyak dosa, sehingga otomatis mendapat pahala. Bukankah itu konsep takwa, meninggalkan apa yang dilarang dan mengerjakan apa yang disuruh, sia-sia dilarang dan tidur diperbolehkan, maka besar pertimbangan tidur bisa dapat pahala. Untuk itu tidurlah. Hahaha… kajian santri, ada-ada saja memang.😅
'Dalil' (Baca: Alasan) tidur santri banyak yang ampuh. Jika ditegur saat tertidur, santripun terbangun lalu mengutarakan alasannya, ‘afwan ustadz ana shoim’ (maaf ustadz, saya sedang puasa). Kontan, walaupun sikap santri itu tidak tepat, tapi hampir rata responnya, ya.. Silahkan lanjutkan tidurnya. Hehehe… Iya kali seperti itu 😂
Dari tadi kita ngobrolin tentang tidur, sekarang kita kasih contoh menarik dari beberapa kasus tertidurnya seorang santri, kiranya yang lain bisa menambahi jika memiliki pengalaman yang lebih lucu dan menarik, menambahi dari pada kisah yang tertulis ini.
💤 Tertidur saat antri wudhu shalat subuh.
Adalah waktu krusial, bahasanya waktu antara pertemuan dunia nyata dan dunia mimpi adalah di antrian kran wudhu. Di saat sudah masuk antrian mendekati kran dan sampai terbasuh wajah, barulah hilang kantuk tadi, menjadi ‘full tank’ sadarnya. Nyawanyapun kembali utuh masuk ke dalam diri, tepat sebelum naik ke masjid. 😁
💤 Tertidur saat pergantian les belajar.
Entah apa yang menjadi daya tariknya, tapi meletakkan kepala di atas meja, habis les pertama dan les-les berikutnya sebelum menunggu guru yang lain masuk, agaknya hal yang sangat berharga. Tidak lama tertidurnya, hanya berselang 5 menit menunggu guru yang lain masuk, tapi cukup meningkatkan fokus untuk bisa menerima pelajaran baru yang akan dipelajari setelahnya. (alasannya sih begitu.. hehehe) 😅
💤 Tertidur saat sesi ekstrakulikuler
Saat beragam sesi santri bisa tertidur. Sesi ‘session’ di teriknya siang saat kegiatan pramuka, mencatat apa yang didektikan oleh kakak Pembina, bisa tertidur. Sesi saat pemberian mufrodat pagi, bisa tertidur. Sesi saat belajar malam, bisa tertidur. Sesi saat kumpul kuliah umum, bisa tertidur. Sesi dalam aktivitas menonton cerdas cermat, mendengarkan kuliah umum, mendengarkan laporan pertanggungjawaban OPRH, sesi perkumpulan di masjid, dan beranekaragaman aktifitas di luar belajar, bisa tertidur. Sungguh terlalu. 😉
💤 Tertidur saat absensi sebelum tidur malam.
Kegiatan pesantren selalu dipenuhi dengan absensi setiap usai shalat. Sehabis shalat subuh diabsen pengurus bagian bahasa. Memastikan kelengkapan santri yang mengikuti kegiatan pemberikan kosa kata setiap paginya.
Sehabis shalat dhuhur santri diabsen oleh ketua kamarnya. Sehabis shalat ashar juga diabsen oleh ketua kamarnya, tepat sebelum pergi olah raga atau aktivitas bebas lainnya. Sehabis shalat isya’ diabsen dan sebelum tidur malam kembali di absen lagi.
Jika di total pembacaan absen oleh ketua kamar saja, paling sedikitnya bisa diabsen 5 kali. Belum lagi jika ada ‘iilan’ (pengumuman) khusus dari ‘mudabbir’ (pengurus asrama) bisa lebih lama kesempatan untuk tertidur. Sungguh itu waktu, tempat, suasana yang paling nyaman yang pernah ada. 😂
Mungkin sampai di sini dulu catatan tentang pengalaman unik santri yang bisa tertidur kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi bagaimanapun itu.
Kalau teman-teman juga punya pengalaman menarik, lucu pernah tertidur di mana saja, bolehlah bagi di kolom komentar.
Terima kasih telah membaca sampai sejauh ini. Semoga bisa sedikit menghibur.