Dulu zaman masih nyantri, tidak pernah sekalipun berhari raya Idul Adha di rumah, 6 tahun di pondok, 6 kali lebaran Idul Adha di pondok, kok rasanya miris dan rada-rada penasaran pengen ngelihat keramaian Hari Raya Idul Adha di luar, pengennya sesekali lebaran haji pas bertepatan dengan liburan santri, harapannya sih begitu, tapi tidak pernah kesampaian.😌
Nah setelah tamat pesantren, sudah biasa melihat lebaran Idul Adha di luar, pengennya malah berhari raya di pesantren, pengen mengenang masa santri dulu. Lah.. lah.. ada-ada saja memang santri ini.
Kali ini mau bercerita tentang pengalaman nyantri dulu yang sangat berkesan, terkhusus kesan berhari raya Idul Adha di Pesantren.
"Pesantren itu rumah, pesantren itu keluarga, pesantren itu kampung, pesantren itu taman, pesantren itu kehidupan, pesantren itu adalah bagian dari sejarah penting hidup para santri, baik disadarinya atau tanpa disadarinya."
Pengalaman nyantri di pondok itu bagaimanapun telah menjadi setengah dari persiapan hidup santri yang lebih panjang. Di pondok dalam waktu singkat dibentuk secara intensif, dididik melalui disiplin, diajarkan cara berkomitmen, dibiasakan untuk selalu 'istiqomah' (konsisten). Tanpa disadari oleh santri pola kekuatan mental mereka terdidik tercetak sempurna di dalamnya. 'Syukron jazilan asatidzatil kirom, wallahu yubarikukum’… Aamiin.
Lebaran Idul Adha di pesantren, ada beberapa kegiatan khusus yang biasanya kami persiapan, untuk lebih serunya, kami ceritakanlah satu persatu di sini. Plus ditambahi sedikit deskripsi untuk membantu memahami kondisi kami ketika itu.
💥 Lomba Menghiasi Kamar dan Rayon (Asrama)
Sejak seminggu sebelum memasuki hari raya Idul Adha biasanya seluruh santri telah bersiap-siaga berlomba-lomba menghiasi rayonnya. Dari kegiatan ini biasanya mulailah bermunculan dekor-dekor asrama yang kelak cikal bakal dekor 'marhalah' (dekorator Angkatan).
Bentuk hiasannya bebas, tidak ada aturan, tapi poin penilaian kami ketahui biasanya seputar keindahan rayon, kebersihan dan juga kekretifitasan penghuninya menghiasi rayon sehingga tampak indah dari rayon yang lainnya. Dan yang paling tinggi nilainya ada membuat hiasan kalimat ucapan Hari Raya Idul Adha, begitu biasa penilaiannya.
Ide segarpun mulai bermunculan, dari mulai menghiasi rayon dengan kertas, menghiasi lampu dengan plastik agar berwarna, membuat lampion dari rautan bambu, mendesain majalah dinding rayon tentang idul adha, membuat ucapakan Idul Adha memakai kardus, ada yang memakai kertas, ada yang memakai strofom, ada yang memakai kaligrafi, banyaklah hasil karya seni yang muncul ketika itu. Biasaya segala bentuk bahan kesenian ada di sana, catnya kah itu, triplek, kaligrafi, dan banyak peralatan lain yang seperti tiba-tiba ada, tak tahu kami kapan dibeli atau kapan dibawa, pokoknya tiba-tiba ada saja. 😗 (sampai di sini santri biasa paham maksudnya) 😂
Bagi kami, itulah saatnya proses mencintai rayon masing-masing itu terbentuk. Mulai timbul rasa kepemilikan rayon, tumbuh keinginan menjaga rayon agar lebih tampil menarik dan indah, mulai tumbuh bibit-bibit ‘fastabiqul khoiroot’ (berlomba-lomba dalam kebaikan). Rasa persaingan menjadi lebih baik, ada di sana. Rasa simpati tolong menolong juga mulai tumbuh dari sana. Pada intinya kegiatan menjelang Idul Adha adalah kegiatan penuh strategi peperangan seni dan gagasan. Siapa yang paling kuat mencorakkan identitasnya, paling kuat 'branding' asramanya biasanya dialah yang selalu menjadi juara favorit.
Proses pembagian tugasnya tidak ribet, sangat simpel sekali. Beberapa orang dari seluruh kamar diberikan waktu tiga sampai empat hari oleh ‘mudabbir’ (pengurus rayon) untuk menghiasi kamarnya, sedangkan sisanya akan membantu untuk menghiasi rayon. Di detik-detik menjelang malam takbiran maka seluruh penduduk rayon fokus untuk menghiasi rayonnya, membersihkan sawang, menyapu, mengepel, mengelap kaca, dan membersihkan serta menata apa yang terlihat kurang rapi, sekecil apapun yang akan mengurangi nilai akan segera dirapikan.
Pertanyaannya kapan penilaiannya? Siapa yang menilainya?
Penilaiannya akan dilakukan di malam takbiran, dan yang menilainya adalah kelas 6 yang duduk di organisasi. Mereka akan memberikan penilaian kamar terbaik dan asrama terbaik dari seluruh kamar-kamar dan asrama putra yang ada di pesantren.
Adapun pemberian hadiahnya biasanya besok paginya, usai shalat Idul Adha di saat sarapan pagi di dapur. Di sanalah sesi pembagian hadiah biasa berlangsung, disaksikan oleh seluruh santri dari kelas satu hingga kelas enam. Barulah kemudian do’a sarapan pagi dimulai. Dan lalu makanlah kami. 😀
💥 Seluruh Santri Pindah Tidur Ke Masjid Saat Malam Takbiran
Hal berkesan yang tak terlupakan ketika seluruh penduduk rayon diabsen berurutan oleh bagian pengajaran dan ta’lim, dan diharuskan tidur di tempat-tempat dari bagian masjid yang telah dibagi perzona untuk tidur di sana.
Bagaimana teknisnya? Apa saja aktivitasnya?
Dari selesai shalat isya’ sampai pukul setengah sepuluh malam, takbiran akan diambil alih oleh santri kelas 6 (santri tertua di pesantren).
Lalu menjelang pukul sembilan malam, mulailah para bagian 'ta’mir' dan 'ta’lim' mulai bergerak membagi zona kerjaan. Ada yang mengkondisikan tempat di masjid, ada yang menutup jendela dengan tirai, ada yang turun dan menunggu di tangga masjid ada yang juga mengabsen per rayon di tengah-tengah lapangan.
Semua penduduk asrama akan bergantian ke masjid dimulai pukul setengah sepuluh malam. Setelah itu, barulah akan mendapatkan giliran dari masing-masing asrama sekitar 40-60 menit untuk bertakbiran bergantian, agar mendidik seluruh santri melalui takbiran ini, dan lebih lagi mendapatkan pengalaman pernah bertakbiran Hari Raya di masjid pesantren. Begitulah berjalan takbiran keliling antar rayon dibagi oleh penanggungjawabnya, begitu terus tidak terputus, suara gema takbiran sepanjang malamnyapun bergema. (dengan batasan volume suara yang harus memakai suara dalam di atas pukul 10 malam).
Begitulah berjalan hingga asrama terakhir dibangunakan dan berakhir di pukul 04.30. Lalu semuanya dibangunkan dan dipersilahkan balik ke rayon untuk menganti pakaiannya dengan busana shalat, guna persiapan shalat subuh. Biasanya diberikan waktu 20 menit, agar supaya bergegas kembali ke masjid dengan telah berpakaian shalat yang rapi, untuk melaksanakan ibadah shalat. Kembali lagi bagian ta’lim dan takmirpun membersihkan dan merapikan seluruh bagian masjid, seketika masjid bersih dan rapi seperti sedia kala.
💥 Takbir Keliling Sebelum Shalat Idul Adha
Sehabis shalat subuh, kami diarahkan untuk langsung mandi dan lalu bergegas kumpul di lapangan depan rayon, lengkap berpakaian putih, berpeci hitam dan memakai sarung serta membawa sajadah atau sorban, guna diberangkatkan oleh pengurus organisasi dan para pengasuhan santri, untuk takbir keliling mengitari pesantren.
Rutenya tidak terlalu jauh, sedikit saja, biasanya diambil dari mulai keluar dari gerbang depan, lalu masuk dari gerbang belakang.
Hal ini unik dan menarik, karena hanya terjadi semasa santri, tidak terulang lagi kapanpun, jikapun terulang mungkin kamilah sebagai panitianya yang melaksanakannya dikampung-kampung kami nanti, pastinya d isaat kami telah tumbuh menjadi remaja nantinya.
💥 Beramai Menyaksikan Penyembelihan Hewan Qurban.
Pagi usai makan pagi biasanya kegiatannya bebas, ada yang memilih untuk istirahat karena kurang tidur semalaman. Ada juga yang ingin melihat hewan qurban di lapangan pemotongan.
Dalam acara pemotongan ini, biasanya beberapa santri dari kelas 5 dan 6 selalu saja dilibatkan dalam kepanitiaan. sedangkan kelas 4 ke bawah masih menjadi penonton. Selain itu juga, ada yang memilih untuk mencuci baju, menggosok baju, dan merapikan lemarinya, dan lain sebagainya.
Nah, ini cerita pengalaman menarik kami, kali saja sahabat memiliki kisah dan cerita yang berbeda, bolehlah berbagi di komentar ya..
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.