Cara “Sahirul Lail” Santri
Selalu ada cerita seru selama menjadi santri. Dari mulai menjadi ‘al-a’adok’ (anggota) sampai menjadi ‘mudabbir’ (pengurus), walau aktivitas tak jauh berbeda, namun secara umum rutinitas tetap sama, dalam hal menerima dan menyambut keadaan serta cara menyikapinya yang unik yang tampak berbeda.
Biasanya santri selalu memahami bahwa shalat malam, puasa sunnah dan shalat dhuha adalah upaya menjaga identitas kesantrian. Dengan demikian dari sisi ‘tholib’nya dapat terjaga. Rutinitas hidupnya biasanya dimulai dari bangun tidur, lalu bergegas mengganti pakaian guna shalat subuh berjama’ah, mandi pagi, lalu pergi ke kelas untuk bersekolah seperti normalnya santri pada jenjang pendidikannya, memasuki sore barulah aktivitas bebas, ada berolah raga, ada yang mencuci, ada yang belanja ke toko pelajar, ada juga yang belanja di warung pelajar, dan banyak aktivitas santai sore lainnya. Malamnya kembali lagi belajar bersama teman-teman, diselingi belajar dengan wali kelas 3 malam dalam seminggu.
Nah selain aktivitas itu ada satu aktivitas yang disebut “Sahirul Lail” satu tradisi unik yang tidak asing di kalangan santri, bahkan nyaris selalu viral setiap kali mendekati ujian/ulangan, bahkan di masa ujian itu sendiri, yaitu: “Sahirul Lail” (Menjaga malam/begadang/lembur). Tapi biasa diartikan secara bebas oleh santri sebagai aktivitas memperpendek malam dengan terbangun untuk melakukan shalat malam, munajat malam dan belajar berbagai pelajaran yang akan diujikan.
Pertanyaannya apakah beneran belajar?
Jika ditanya begini varian jawabannya, sebab memang begitu adanya, tapi tetap saja ada hal positif yang terbangun dari aktivitas yang satu ini. Pertama, kedekatatan antar teman terbagun di sana. Kedua, keharmonisan antar konsulat terjalin di sana. Ketiga, adanya solidaritas antar penduduk asrama untuk saling sepakat membangunkan demi satu kata ‘belajar’.
Untuk itu, dalam kesempatan kali ini, pengalaman nyantri menghadirkan cerita unik, lucu dan menarik terkait tentang salah satu aktivitas santri yang biasa disebut “Sahirul lail”. Dalam hal ini, sedikitnya ada 4 macam pola santri menyikapi arti “Sahirul lail”.
- Trip Pertama: Cara ‘Sahirul Lail’ Santri Dari Usai ‘Jaros’ (Lonceng/bell) Hingga Awal Pergantian Hari.
Usai belajar malam dan do’a tepat pukul 22.00 wib, biasanya santri memperpanjang waktunya untuk belajar lagi,… Boleh turun dari asrama hingga pukul 23.00 wib dan jika ingin belajar malam lagi diperbolehkan tapi hanya boleh dilanjutkan di depan kamar, atau di teras asrama. Tidak boleh jauh-jauh dari asrama.
Jam-jam ini lumayan banyak peminatnya, biasanya diminati bagi mereka yang sangat susah dibangunkan selain menjelang subuh. Pikiran santri yang ini selalu menimbang rasa, dari pada tidak terbangun sama sekali dan tidak belajar, lebih baik, dikurangi tidurnya tapi ada waktu untuk belajar sendiri lebih fokus dan lebih serius lagi.
Karena dari pagi, siang, sore dan malam telah diisi untuk belajar dan berkegiatan lainnya, maka biasanya kekuatan santri untuk belajar malam ini, hanya sampai pukul 23.59 wib, dan setelahnya memilih untuk istirahat dan menyambungnya besok pagi usai bangun subuh.
Dua jam yang cukup untuk menghabiskan bekal yang telah dibelinya, sebelum lonceng tidur berbunyi, susu sasetan sudah habis, ‘toam miah-miah’ (makanan receh, makanan yang dibeli seribuan) juga telah habis dinikmati, udah menjadi pertanda waktu untuk istirahat tiba.
Dan biasanya yang mau tidur jam 12 malam ini sudah mendapat pesanan dari temannya yang lain untuk membangunkannya agar bergantian sip belajar malam.
- Trip Kedua: Cara ‘Sahirul Lail’ Santri Dari Pukul 00.00 hingga 02.00 wib.
Tipe pembelajar kedua dia belajar mulai jam 12 malam ke atas biasanya sampai jam 2 malam, bisa lebih lama dan bisa lebih cepat, karena biasanya waktu ini adalah waktu paling berat, sebab baru saja mata tertutup, baru beristirahat dua jam langsung bangun kembali. Untuk yang waktu ini tidak terlalu banyak peminatnya tapi selalu ada.
Namun jika mencari suansana hening untuk benar-benar fokus belajar, waktu ini adalah waktu yang paling mahal, sebab tidak semuanya terbangun di jam ini, selain santri petugas jaga pesantren di malam hari. Selain mereka, seluruhnya tidur, maka di saat itulah waktu berharga untuk santri yang tipe belajarnya harus hening sendiri dan fokus.
Dan biasanya, santri yang belajar di trip kedua ini sudah dititipi pesan untuk membangunkan temannya yang akan belajar setelahnya yaitu belajar di trip ke tiga.
- Trip Ketiga: Cara ‘Sahirul Lail’ Santri Dari Pukul 02.00wib /03.00 wib hingga 05.00 wib.
Tipe ketiga ini belajar dari mulai jam 2 malam hingga subuh menjelang biasanya mereka akan tetap terjaga, sebelumnya akan shalat tahajjud terlebih dahulu, kemudian mengambil air panas, dan menghangatkan tubuh dengan segelas teh hangat, kopi, susu dan cemilan ringan yang telah dibelinya sebelum bel tidur dibunyikan keamanan.
Biasanya bagun di trip ke tiga ini, adalah waktu yang sangat mahal dan sangat diminati mayoritas santri, tapi lebih memilih untuk dibangunkan jam 3 pagi, karena dengan begitu mereka telah tidur selama 5 jam, sudah sangat cukup sekali untuk mengembalikan rasa fit tubuh untuk belajar kembali.
Pengalaman nyantri unik cara "Sahirul Lail" ini, adalah fenomena yang sifatnya musiman, tidak terjadi setiap saat, meskipun satu dua ada yang istiqomah menjalankan mode ini tapi tidak seluruhnya.
Fenomena Sahirul lail ini sering dipraktekkan pada musim-musim ulangan, dan moment ketika ujian berlangsung. Dua musim yang menyita perhatian santri untuk tetap menjaga sisi keulamaan dan sisi tholibnya dengan ibadah, ketaatan dan keseriusan menghafal
- Trip Keempat: Cara ‘Sahirul Lail’ Santri Semalaman Suntuk Tidak Tidur Hingga Subuh.
Nah kalau yang ini, tidak seluruh santri mampu, hanya satu dua yang berhasil mempraktekkan ini untuk belajar dan berhasil. Namun biasanya hal ini terjadi jika ada kepanitiaan yang mengharuskan mengejar waktu pengerjaan dan ketuntasan pekerjaan sesegera mungkin seperti menjaga hewan Qurban di setiap malam menjelang hari raya Idhul Adha. Mempersiapkan panggung drama arena, memfinising panggung gembira dan lain sebagainya.
Kembali lagi ke topik belajar, ada yang mencoba belajar dengan metode ini, setelah lonceng tidur malam, mulai saat itulah dia belajar serius sekitar jam 10 malam hingga subuh menjelang, lah pertanyaannya kapan dia tidur? Jawabnya kapan yang lain terbangun, pada saat itulah dia tertidur. Apakah cara ini efektif? Menurut Kesehatan tidak, tapi menurut kenyamanan belajar, itu dikembalikan pada masing-masing individu. Namun untuk menyembunyikan keseriusan belajar santri agar terkesan tidak pernah belajar tapi selalu paham akan pelajaran ketika di tanya, cukup sangat efektif.
Pada akhirnya Cara "Sahirul Lail" Santri adalah cara unik yang dipraktekkan santri agar tetap bisa berfokus pada penjagaan mutu pemahaman ilmu agar terjaga sisi keulamaan dan sisi keintelektualannya. Agar kelak dengan pengalaman dan ilmunya ia dapat menjadi pemersatu umat.
Wallahu’alam.
0 comments :
Post a Comment
Terima kasih telah mengunjungi dan berkomentar bijak di situs ini.