Ada landasan menarik menjabarkan “Ukhuwah Islamiyah” bagi santri dalam pesantren. Sebenarnya arti katanya menurut buku Khutbatul ‘Arsy adalah suasana persaudaraan yang akrab sehingga segala kesenangan dirasa bersama, dengan adanya perasaan keagamaan yang kuat. “in group feeling” familiar istilahnya “Ukhuwwah Islamiyah”.
Hal inilah yang kemudian termasuk salah satu komponen panca jiwa, dasar-dsar yang menjiwai pendirian pondok pesantren. Karena dianggap penting, secara konsisten poin ini selalu diperbaharui, diingatkan kembali, berulang-ulang, kalau kata pak Kyai Syukri "Ping sewu" (harus diulang-ulang beribuan kali).
Itu juga salah satu landasannya, dalam menanamkan hal yang baik pondok tak bosan-bosannya, mengulang-ulanginya dalam agenda wajib pesantren yang disebut: “Pekan Perkenalan Khutbatul ‘Arsy.” (pekan perkenalan kuliah umum kepondokmodernan). Inilah arti secara konseptualnya.
Nah kali ini pelaksaan kontekstualnya yang menarik. Setiap kali ingin mandi, “Akhi… Aina Sobunuka? Hadzaa Akhi, Atlub ya,.. Ukhuwah Islamiyah Akhi.” (Bro, mana sabun ente? Ini mas bro, ana pakai sebentar ya,.. Ukhuwah Islamiyah bro).. 😁 Nah begitulah kira-kira kalau diartikan bebas.
Unik bukan?
Cara santri memang selalu unik, menarik, dan terkadang malah tak terbayangkan secara normalnya orang berpikir. santri mampu mengartikan senang sama dirasa, mendeskripsikan perasaan yang sama, serta merasakan senasib sepenanggungan. Masak iya kali selalu senasib ya,… yang ada yang senang siapa, yang nanggung siapa!.. Oaala.. Dasar santri. 😂
Hal ini tidak hanya di sabun, hampir berlaku untuk seluruh alat mandi, tapi yang lebih sering di sabun, sampo dan odol. Setiap kali yang lebih tua atau teman-teman mendekat, selalu ada muqoddimah kedekatan, nah itu biasanya sudah tanda-tanda.
Sebagai contoh: “Masmuka Akhi?” “Ismi Fulan.” (siapa namamu bro? Namaku Fulan) “oh ya.. ya…” Sambil jebar-jebur ada pertanyaan lanjutan. “Ayyu fashlin anta? Fashlul awwal akhi.” “ooh anak baru ya, konsulat apa kamu?” tanya lebih mendekat. “Konsulat Medan ai… Oh samalah akhi juga dari Medan,….”
Muqoddimah akan lebih panjang, bertanya hal-hal simpel, ringan, sampai akhirnya, keluar kalimat: “akhi pakai sabunnya ya,…” Si anak yang didekati juga dengan tulus ikhals memberikan izin. “Iya Akhi silahkan,…” Sambil memulangkan sabun tersebut si peminjam bilang. “Ini namanya ukhuwah Islamiyah konsulie… Pinjam dulu gayungnya bentar ya,…” Jebar-jebur, jebar-jebur,… “ok ana udah siap, Syukron ya akhi, jazakumullah khoir.” Dan diapun berlalu begitu saja.
Hal ini selalu terjadi bagi anak baru, yang belum tahu cara memasang siasat. Biasanya fenomena ini berlangsung beberapa kali dengan orang-orang yang berbeda, tapi dengan keridhoan, izin dan ketulusan pastinya. karena kalau sudah ‘ukhuwah Islamiyah’ hampir tidak pernah ada paksaan biasanya. Sebab saat mandi tu banyak yang membawa sabun, si peminjampun kalau mendapat glagat respon yang kurang ramah, akan meninggalkan orang pertama berlalu ke konsulatnya yang lainnya. Maka tak jarang, sabunpun bisa habis kurang dari seminggu. Hehehe.. Unik ya. 😇
Nah untuk mengatasi hal ini, 'anak lama' (sebutan bagi santri kelas 2 hingga kelas 6) sudah memiliki siasat berharga yang bisa dibagikan di sini, penasarankah?
Untuk urusan siasat kehidupan, ketangkasan bertahan hidup, dan kelihaian komunikasi dua arah, maka dalam hal ini, anak lamalah yang menjadi guru. Ilmunya sederhana, bisa dipraktekkan siapa saja, karena memang sangat mudah. Dan itu telah diterapkan turun temurun dari generasi ke generasi. (Udah macam resep ampuh restoran saja ya.) 😎
Siasatnya yang pertama sebelum mandi, ambil sampo lalu tuangkan ke kepala secukupnya. Kedua ambil sikat gigi dan lalu tempelkan odol di kepala sikat gigi, sambil diketuk-ketukkan sedikit agar odolnya masuk di sela-sela sikat, lalu tutup dengan kepala sikat gigi. Lalu dengan berjalan santai pergilah ke kamar mandi.
Begitu sampai kamar mandi, perlahan mengguyur air sambil menutupi bagian kepala dengan tangan satunya lagi, setelah selesai semua, barulah kepala mulai dibasahi untuk mencairkan sampo yang tadi. Oh ya, mengguyurnya bukannya pakai gayung?.. Nah itu dia, gayungnya 'ukhuwah Islamiyah' ke yang samping. Hehehehe… 😀
Barulah sambil menuggu sampo larut disela-sela rambut, bersikat gigilah pula,… Tak lama baru bilas, bersih, langsung berwudhu dan selesai.
Kami santri, kamu santri, sangat penuh keyakinan masing-masing santri memiliki pengalaman sendiri dalam hal ini. Ada yang lucu, tak jarang menjengkelkan, dan ada juga yang ‘sinak har’ (bikin emosi).
Ada yang lucunya sedikit, ada yang lucunya parah, ada yang sampai yang kasihan sekalilah melihatnya. Semuanya indah ketika dikenang, tapi waktu menjalaninya itu yang terkadang menyakitkan dan menyedihkan. Hehehe… Namanya juga hidup santri ya… “Ukhuwah Islamiyah..” hehehehe...
Untuk cerita lebih banyaknya, teman-teman bolehlah berbagi ceritanya juga di kolom komentar ya. ✍
"Ukhuwah Islamiyah kita.." 😁
Relate banget🤣
ReplyDelete😄
Delete