RESEPSI KHATAMAN SANTRI AKHIR KMI
AR-RAUDLATUL HASANAH MEDAN
ANGKATAN KE 33
Medan, 27/04/2024. Pada hari ini Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan menetaskan benih-benih pemimpin Islam di masa depan. Dibekali pendidikan keislaman dan pengajaran ala pondok pesantren modern, hari ini mereka dinyatakan cukup sudah pendidikannya di pondok. Kini saatnya melebarkan kepakan sayap di alam terbuka, dengan dinamika yang lebih kompleks, dan peluang yang juga lebih luas. Sebuah lahan perjuangan baru yang lebih terbuka lebar untuk berdarma bakti kepada masyarakat, bekarya untuk negeri dan berjuang menegakkan kalimat tauhid, “laa ilaa ha illallah.” (tidak ada Tuhan selain Allah) untuk agama Islam yang ‘rahmatan lil’alamiin’.
*
“Kami berdiri di sini, mewakili seluruh santri dari kelas 1-5 menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada abanda kami, karena telah membimbing kami sampai saat ini. Kami bangga melihat kamu seluruhnya abang-abang kami, do’akan juga, semoga kami bisa menjadi alumni sepertimu saat ini, merasakan hikmatnya resepsi khataman seperti pagi ini.”
(Sambutan Perwakilan Santri oleh Ananda Galih Agung Wiratama (Kelas 5 A1)
*
Kami yang mewakili santri kelas akhir calon wisudawan Angkatan ke 33, mengenang betapa lekatnya pondok ini mengajarkan kehidupan, lewat kata-kata: Titip, tega, ikhlas, tawakkal, ikhtiar dan percaya. Kalimat ini seperti ‘kincir wheel spinner’ yang terus berputar tanpa henti, mengantarkan kami hingga sampai titik akhir alumni pada siang hari ini.
Juga terima kasih tak terhingga kepada orang tua kami, tak terhitung air keringat yang tertumpah, air mata yang menetes. Dengan darah kami yang mengalir ini, kami berterima kasih kepadamu ayah dan ibu kami.
Dan juga kepada teman-teman calon alumni Angkatan ke 33, mari kita memperjuangkan tanggungjawab kita kepada orang tua. Ingatlah Ini bukan langkah akhir, ini adalah awal. Pesantren memberikan kunci, apakah kunci itu akan kita gunakan dengan baik, itu tergantung kepada kita! Pesantren menunjukkan jalan kepada kita, apakah kita meneruskan jalan ini, itu tergantung kepada kita! Maka bijak-bijaklah memilih. Ini bukan tentang seberapa banyak ilmu yang kita dapatkan, tapi ini tentang seberapa banyak ilmu yang telah berhasil kita amalkan.
Yang tak terhingga, maaf kami kepada guru-guru yang membuka pandangan kami tentang kehidupan, maaf atas sikap kami yang abai dan acuh dalam proses belajar mengajar, selama kami menjadi santri.
*
Tepat pada tahun 2018 lalu adalah waktu yang penuh dinamika bagi saya pribadi, di saat anak lulus dan diterima oleh pesantren menjadi santri, di saat yang sama, saya harus melanjutkan pendidikan ke Australia, ada rasa ingin mencabutkan anak dari pesantren, agar bisa saya bawa ke Australia bersama-sama. Namun yang saya pahami bahwa “Life is choice” (hidup adalah pilihan). Berbekal keyakinan, do’a dan istikharah, saya memilih dan memutuskan untuk tetap menitipkan anak di pesantren.
Saya kira keyakinan saya senada dengan keyakinan bapak/ibu yang berhadir pada saat ini juga. Kami meyakini bahwa pondok pesantren bukan sekedar tempat belajar, tapi adalah tempat ilmu agama dan karakter ditanamkan secara mendalam.
Keyakinan ini bukan tanpa dasar, sebab hal ini kami lihat langsung dari para alumninya, wali santri yang bertutur langsung dan memberikan uswah secara nyata lewat anak-anaknya. Selain dari pada itu dalam banyak literasi para peneliti juga menyebutkan bahwa pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang holistik, komprehensif, yang mencakup aspek agama, budaya dan kemasyarakatan.
Kami sebagai orang tua juga memberikan penghargaan tertinggi kepada seluruh civitas pondok pesantren yang telah memberikan perhatian lebih dan bimbingan terbaik kepada anak-anak kami. Terima kasih telah mengajarkan kepada anak-anak kami nilai-nilai kehidupan, dan rasa bakti kepada orang tua.
Merekalah harapan kami yang akan siap menuntun kami saat sakaratul maut, memandikan kami, berdiri tegak menshalatkan kami dan menguburkan kami, yang selanjutnya menghadiahkan kami dengan bait-bait do’a anak sholeh yang lantunannya kami harapkan setiap waktu.
Anak-anakku, perjalanan penuh makna kalian telah sampai pada ujungnya, kalian telah menunjukkan rasa percaya diri yang mendalam. Selamat, tahniah, congratulation. Rute panjang pendidikan masih panjang yang akan kalian hadapi. “Seeks knowledges as far as china.” Adab dan akhlak itu lebih tinggi dari pada ilmu. Pertahankanlah itu.
(Sambutan Perwakilan Wali Santri: Bapak Ariatna, S.S. M.A, Ph.D)
*
Berjumlahkan 240 putra, 291 putri, kami do’akan semoga anak-anak kami ini dapat menjadi generasi yang terbaik di masa akan datang, kami juga mengucapkan selamat kepada anak-anak kami yang telah diterima lewat jalur SNBP sebanyak 79 orang, di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, besar harapan kami, perjuangan demi agama, bangsa, negeri dan pondok dapat kamu junjung tinggi setinggi kamu mampu menjaganya. Dan ingat junjung tinggilah adab, akhlak, nilai-nilai yang sudah ditanamkan pesantren selama kamu tinggal di pondok. Tunjukkan kejujuranmu, katakan yang halal itu halal, dan yang haram betul-betul haram. Katakan yang benar, betul-betul benar dan yang salah bener-benar salah. Ananda dididik di sini untuk menjadi jendral, menjadi pemimpin menjadi seorang penentu kebijakan di masa mendatang maka perjuangkanlah kebenaran.
(Pesan Pimpinan Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah: Bapak Ir. H. Ahmad Prana Rulianto Tarigan).
*
Bawa identitasmu sebagai santri, sehingga ketika terdetik pikiran yang tidak baik, yang teringat adalah pondok pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, sehingga hal ini dapat menjagamu.
Selanjutnya pintar-pintarlah menjaga diri dan pandai-pandailah mencari teman. Semoga kamu termasuk anak-anak yang beruntung.
Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah adalah pendidikan untuk kehidupan. Sebesar keinsyafanmu sebesar itu juga keberuntunganmu.
Pada akhirnya yang kami harapkan adalah seberapa besar jasa-jasamu untuk masyarakatmu, ‘wabil khusus’untuk umat Islam.
(Direktur Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah Medan: Ust. KH. Solihin Adin, MM)
**
Selamat Menjadi Alumni… Barakallah… Alfu Mabruk