Iklan Multipleks Baru

KETELADANAN KYAI DAN GURU

"Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan. [KH. Ahmad Sahal]

WAJAH PENDIDIKAN PESANTREN

"Prioritas pendidikan pesantren adalah menciptakan mentalitas santri dan santriwati yang berkarakter kokoh. Dasarnya adalah iman, falsafah hidup dan nilai-nilai kepesantrenan. "

PENGALAMAN UNIK DAN LUCU

"Pekerjaan itu kalau dicari banyak, kalau dikerjakan berkurang, kalau hanya difikirkan tidak akan habis. [KH. Imam Zarkasyi] "

GAGASAN KEMAJUAN UMAT

"Tidak ada kemenangan kecuali dengan kekuatan, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan persatuan, da ntidak ada persatuan kecuali dengan keutamaan (yang dijunjung tinggi) dan tidak ada keutamaan kecuali dengan al-Qur'an dan al-Hadits (agama) dan tidak ada agama kecuali dengan dakwah serta tabligh. [KH. Zainuddin Fananie dalam kitab Senjata Penganjur] "

FALSAFAH DAN MOTTO PESANTREN

"Tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. [Trimurti] "

NASEHAT, KEBIJAKSANAAN DAN REFLEKSI

"Hikmah ialah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah. (HR at-Tirmidzi). "

BERARTI DAN BERKESAN

"Pondok perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi). "

Tuesday, January 21, 2025

Berguru Seputar Kepemimpinan Perguruan Tinggi

 Medan. Selasa, 7 Januari 2025



Implementasi Agrement; Prodi PBA STIT Ar-Raudlatul Hasanah Medan Berguru dari Wakil Ketua I STAI Darul Arafah (STAIDA) Deli Serdang  seputar Kepemimpinan Perguruan Tinggi.

 

Medan. Selasa, 7 Januari 2025, Wakil Ketua I STAIDA Deli Serdang, Dr. Usman Betawi, M.HI bersama Kaprodi PBA STIT Ar-Raudlatul Hasanah Medan H. Ahmad Fauzi Ilyas, M.S.I dan sektrertaris prodinyaIrwan Haryono Sirait, S.Fil.I., M.Pd, berdiskusi intens seputar kepemimpinan perguruan tinggi. 

 

Dalam perbincangan tersebut proses dialog dua arahpun terjalin, panjang pembicaraan, seputar kepemimpinan, peluang penerimaan mahasiswa baru, sikap kepercayaan kepada keorganisasian BEM Mahasiswa.

 

Selain dari pada itu, saling bertukar pikiran untuk mendapatkan pembelajaran dan pelajaran serta informasi yang mahal juga terjalin satu sama lainnya. Mulai diskusi usai magrib tanpa terasa 3 jam telah berlalu, jika disimpulkan, terdapat banyak hal dan titik poin penting, untuk itu kami catatkan di sini hasil diskusi kami, di antaranya:

 

·  Kemandirian kampus membutuhkan keberanian dan solidaritas dari unsur sivitas akademika, terutama di mulai dari posisi teratas sebagai top leader di kampus, yaitu ketua dan para wakil-wakil ketuanya.

·    Statuta, ortala, visi-misi kampus, menjadikan dasar terbukanya cakrawala berpikir para dosen, termanifestasi dalam aksinya di lapangan.

· Secara pola pikir antara guru dan dosen itu harus berbeda, dosen harus lebih terbuka untuk percepatan, kemajuan, hubungan kolaborasi, relasi, Kerjasama dan tidak henti-hentinya berinovasi, sebab yang dihadapi setiap harinya adalah mahasiswa yang terus tumbuh simultan, energik tanpa henti.

· Kampus adalah pusat pengembangan di bidang ilmu dan akademik, bukan profit oriented, sehingga perlu dipahami bahwa informasi dan relasi adalah aset dan harta karun yang sangat mahal, perlu dijaga dan dicari setiap harinya. Hal ini salah satu hal penting menuju perkembangan dan pengokohan perguruan tinggi.

· Peran ketua sekolah tinggi dan wakil ketua sama-sama bersinergi untuk mengkomunikasikan informasi dari bawah kepada Yayasan. Sehingga komunikasi terjalin dengan baik, dengan begitu perlahan perguruan tinggi berbasis pesantren dapat bertahap menuju kemandirian sistem secara totalitas.

· Mempercayakan pekerjaan para civitas akademika pada bagiannya adalah keharusan, sehingga menciptakan miliu kepercayaan dan tanggungjawab  yang kokoh.

· Masing-masing unsur dari kampus mesti tahu TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi), tidak saling mencampuri urusan satu dengan yang lainnya, atau juga tidakacuh terhadap tugas yang seharusnya dikerjakan dengan baik.

· Analisis “SWOT” untuk penerimaan mahasiswa baru merupakan tanggungjawab wakil ketua akademik dan ketua sekolah tinggi, sehingga paparan perencanaan penerimaannya, merupakan informasi bagi Yayasan, dan pengetahuan bagi prodi-prodi serta seluruh civitas yang hadir dalam rapat. Selanjutnya pola yang dirumuskan ketua dapat disingkronisasi dalam pengerjaan dilapangan baik secara ideologi maupun aksi.

·    Dosen harus benar-benar memiliki rasa dan ruh kedosenan, yaitu dalam arti universal sebagai kaum akademisi yang bersinggungan langsung terhadap teori/konsep dengan lapangan secara bersamaan.

·      Dalam tradisi kepemimpinan, dosen mesti memiliki rasa kepercayaan kepada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Biarkan pergerakan BEM menjadi cara mereka menumbuhkan rasa kecintaan mahasiswa pada almamaternya. Tidak lagi dicekoki selalu, tidak lagi disuapi selalu, namun biarkan makan, makan sendiri. Biarkan naik sepeda, naik sepeda sendiri. Tidak mesti dipegangi terus menerus, tapi pantaulah dari kejauhan, panggil dan nasehati jika ada yang tidak pas, tapi bukan di depan umum, mesti paham profesionalitas, privasi dan harga diri.

·   Respek adalah harga yang mahal dalam organisasi, sebagai wakil ketua I bidang akademik, prodi adalah bawahan saya yang harus saya dukung, saya percayai, saya backup dan saya bela benar-benar, selalu saya jaga, jika salah saya ingatkan, jika benar saya apresiasi, dengan tetap mempercayakan dan menjaga ini, mereka jauh lebih menghormati saya dan saya juga tetap hormat dengan mereka.

·     Pada intinya kepemimpinan di perguruan tinggi ini adalah kelihaian kita dalam memandang permasalahan itu sebagai bentuk pendewasaan. Kelihaian kita memandang masalah dari sisi solusi. Memandang konsep dari sisi pelaksanaan. Sehingga pada akhirnya kepemimpinan bukan untuk ditakuti, tapi dirindukan. Hingga akhirnya saling menghargai dan cukup menciptakan vibes kerja yang harmoni.

 

Edited By Prodi PBA STIT RH Medan

Tuesday, January 7, 2025

Mengambil Berkah Dari Kedua Tuan Guru



Medan, 7 Januari 2025. 

Malam ini dengan tanpa diterka tanpa diduga, dengan penuh rizki aku diajak Bapak Kaprodi bertemu teman semasa kecilnya, tanpa menolak aku juga mengikutinya.

 

Setelah bertemu di "Sobat-e" yang telah dijanjikan, maka perbincanganpun mengalir seperti layaknya kran yang dibuka, mengucur sejak awal hingga akhir.

 

Pembahasanpun melebar dengan banyak topik dan tema, dari mulai tema masa kecil, pergaulan dibonceng ‘lereng’ (sepeda) sepulang sekolah, tidak pernah berantam sejak kecil, hingga keputusan masuk pesantren, yang satu masuk ke Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah di Medan dan yang satu lagi masuk Pesantren Darul Arafah Deli Serdang, sampai kini masing-masing berkiprah di almamaternya sebagai dosen dengan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) masing-masing.

 

Tidak cukup sampai di situ, perbincangan juga dilanjutkan dengan opsi solusi dari perselisihan yang terjadi di para jamaah di kampung, bagaimana menyelesaikan tanpa ada yang terluka? Bagaimana menyelesaikan masalah tanpa timbul masalah? Bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang berilmu dan dewasa? Begitulah kira-kira diskusinya malam itu.

 

Pembahasan melebar dari A hingga Z, sampailah diingatkan tentang kisah perdebatan Harimau dan Keledai tentang warna rumput, Harimau bilang warna rumput itu hijau, dan keledai bersitegang urat bahwa warna rumput itu biru, terjadilah perdebatan yang tak terelakkan,  debat berlangsung panjang tidak ada habis-habisnya, hingga akhirnya keduanya sepakat untuk menghadap sang Raja Singa, sehingga bisa menjadi hakim yang adil untuk melerai perdebatan ini.

 

Singkat cerita, usai Harimau dan Keledai menyampaikan perselisihan pendapat mereka, maka Raja Hutan Singa menyampaikan bahwa: “Untuk perdebatan ini Harimau yang benar, rumput berwarna hijau bukan biru,” (senang lah harimau ketika itu) “tapi karena perdebatan ini, Harimau yang dihukum” (bersorak-sorai si keledai, karena senang Harimau di hukum). Dengan penuh rasa ingin tahu, Harimaupun protes, lalu bertanya pada raja hutan “Apa salah saya? Kenapa saya yang dihukum? Kan saya benar!”, “Salahmu satu, udah tahu keledai kok diajak berdebat, udah tahu tak berilmu mengapa bersitegang urat!” Jawab Raja Singa.

 

Dari kisah yang kembali diingatkan ustadz Usman barusan, teringat tentang fenomena yang marak terjadi saat ini di mana-mana, bukan benar-benar berilmu tapi mendebat sesuatu dengan merasa paling benar satu sama lain, tidak mengetahui akar permasalahan tiba-tiba muncul menjadi sosok paling hebat, superior mendominasi keadaan. Padahal sejatinya manusia ini penuh dengan kekurangan, kesalahan, dan kelalaian. Masih jauh panggang dari api tentang arti kesempurnaan. Pada akhirnya pandai-pandailah mawas diri, menjaga diri, hati, kata dan pikiran, semoga semuanya dalam lindungan Allah Swt,.

 


Mendapat pengetahuan tambahan lagi, bersabar-sabarlah jika perdebatan itu terjadi dan tidak terelakkan lagi. Namun yang perlu dipastikan perdebatan mesti memiliki value yang sama, sebab akan berujung pada satu titik perpisahan dan pertikaian jika tidak sejajar dari sisi value.  Dan tetap, sebaik-baiknya sikap adalah berdamai. Damai itu indah, bertikai itu menyisakan marah dan gusar walaupun setetes.

 

Banyak hal ahwal, ibroh dan hikmah dari kisah yang kembali diingatkan di atas, sejenak hati tenang, kembali menyadari bahwa inilah dinamika dunia, saat ini benar-benar sedang tinggal di dunia, tempat manusia berkeluh kesah, tempat manusia menyombongkan diri, tempat manusia menghinakan diri, tempat manusia beribadah sebanyak-banyaknya, tempat manusia berdoa dan berharap pada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan tempat akhir manusia bertransportasi menuju akhirat yang kekal, abadi, immortal nantinya.

 

Panjang perbincangan sebenarnya, namun untuk catatan ringan kali ini, cukup kiranya aku hentikan di sini, semoga sedikit tapi memberikan pencerahan dan insight baru bagi teman-teman pembaca, terima kasih sudah mau membaca hingga sejauh ini, semoga teman-teman sehat selalu.

 

Salam santri, Santri berilmu, Santri sholeh, Santri sehat dan Santri kreatif.
Akhir kata, Wassalamu’alaikum wr wb.


Subscribe Us

Dalam Feed


*PENGALAMAN NYANTRI: Menikmati Setiap Detik Proses Kelak Menjadi Pengalaman Beresensi